Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Memang Marah, Kami Rakyatpun Juga Marah Saat Media Menjadi Antek Penghancur NKRI

Diperbarui: 6 Desember 2018   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://orangindonesiabahagia.blogspot.com/2018/12/prabowo-memang-marah-kami-rakyatpun.html

Bagaimana tidak, upaya mengghancurkan bisa dilakukan juga oleh media saat menanggalkan jati diri sebagai penerangan dan sumber-sumber kebenaran bagi rakyat. Dulu saat sebelum rezim ini akhirnya mengambil alih, sekelompok orang menebar ketakutan bahwa bila bukan mereka yang berkuasa, akan datang kembali masa dimana media, jurnalis, dan segala bentuk informasi akan dikendalikan kekuasan. 

Sehingga rakyat tak lagi dapat melepas dahaga informasi dan kebenaran. Kenyataannya, semua ketakutan akan pengekangan media yang lantas menjadi alat corong kekuasaan dan menyembunyikan potongan-potongan kebenaran benar terwujud hingga detik ini.

Sebuah bukti bahwa kekuasaan lantas mengekang kebebasan media untuk menjadi objektif ialah saat sekelompok orang berseragam partai menggeruduk kantor berita yang memberitakan kenikmatan pemimpin mereka saat menerima uang rakyat tanpa berbuat apa-apa bagi negara. Masa datang dengan memaki dan mengancam. 

Soal 112 juta dan ongkang-ongkang kaki, masa PDIP mengguncang dunia jurnalstik dengan gaya membela Megawati. Begitukah itu cara dalam menjamin kemerdekaan berpendapat yang mereka maksud. Aksi itu tak ubahnya bagai teror untuk menakut nakuti media atau jurnalis lain yang ingin tetap meyuarakan nurani dan tidak menjilat demi makan.

Lain lagi dengan Ahok, dirinya juga komplain saat merasa dirinya disudutkan dan dianggap tidak jujur oleh awak media. Saat merasa pribadinya diserang lantas Ahok dengan jelas mengatakan untuk wartawan tersebut  lain kali tidak usah masuk lagi kekawasan kerjanya saat itu. Dengan gaya khas dan mimik wajahnya yang pasti hampir semua dari kita paham betul bentuknya, ya, marah-marah ala Ahok yang sangat khas serta tipikal sekali. 

Dengan mengibaratkan adagium cahaya fajar yang lantas saat ia berbalik direspon dengan cengiran awak media yang ada disana kala itu.

Kemudian kemarin ramai-ramai media partisan yang sudah dicap oleh rakyat sebagai corong kekuasaan rezim yang kerap bahkan menjadi musuh masyarakat mencoba menyajikan lagi kreasi komersil mereka yang buat rakyat geleng-geleng kepala. Prabowo Marahlah, menghina wartawan lah, bla bla bla dengan narasi yang seperti biasa, dipenggal-penggal dan dipelintir. 

Memang Prabowo marah. Tentu saja berbeda kelasnya dengan Ahok, pak Prabowo marah bukan karena pribadinya disudutkan, sudah biasa bagi beliau, dari beliau masih muda hingga perjuangannya kini pak Prabowo santai saja dan selalu mengguyoni ulah-ulah para antek bertopeng media itu. Marahhnya seorang Prabowo yang beliau sampaikan kemarin adalah karena media sudah mengorbankan hak rakyat, sudah jauh meninggalkan pesta pora media pasca reformasi, kini media seakan menenggelamkan diri mereka dalam jalan yang jauh dari rakyat.

Dibeberapa kesempatan pak Prabowo selalu mengguyoni awak media yang sedang meliput kegiatannya dengan meledek wartawan-wartawan itu sedang nunggu bapak salah bicara, sedang nunggu bahan untuk dipelintir. Bagi saya ini adalah satire dari seorang yang teramat cerdas seperti pak Prabowo, beliau paham betul, anak-anak bangsa yang sedang ditugaskan untuk menunggu celah demi menjelekkan beliau adalah anak bangsa yang juga sedang beliau perjuangkan.

Marahnya pak Prabowo adalah marah akan ketidakberesan raksasa dari dunia media tanah air. Saya ada disana saat itu, saya juga sedang menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional ke-26 kemarin saat pak Prabowo mengungkapkan hal yang saya tangkap dengan artian betapa memalukannya kita sebagai bangsa besar yang menganut demokrasi tapi media dan jurnalisme sudah menjual diri kepada kekuasaan. 

Berada ditengah saudara-saudara kita penyandang disabilitas yang tengah berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, saya berpikir dan paham betul agaknya bagaimana perasaan pak Prabwo saat itu. Dihadapan pejuang-pejuang keadilan dan kesetaraan kemarin, saya saja dapat merasakan bahwa masih banyak ketidak adilaan dan ketidakberpihakan pada banyak saudara-saudara kita. Kemudian hal itu disampaikan pak Prabowo juga dalam ketidakadilan dan ketidak berpihakan media dan jurnalisme tanah air pada rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline