Lihat ke Halaman Asli

Rudy W

dibuang sayang

Sejarah Perjanjian Salatiga yang Membagi Mataram Menjadi Tiga Kekuasaan

Diperbarui: 21 Juli 2021   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Mas Said (tirto.id)


Dalam sejarah, Mataram sering disebut-sebut. Jika pada sebelum abad ke 16, Nusantara dikenal karena banyaknya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.

Seperti misalnya, kerajaan yang merupakan negara yang terbesar yang pernah ada di Nusantara, yaitu Majapahit.

Selepas Majapahit, maka muncullah kerajaan yang bernafaskan Islam yang berpusat di Kotagede, Jawa Tengah (1587-1613). Yaitu Kerajaan Mataram.

Jika Majapahit mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Hayam Wuruk, maka kerajaan Islam Mataram mencapai masa keemasannya pada masa pemerintahan Anyakrakusuma.

Pada saat itu, wilayah kekuasaan Mataram mencakup pulau Jawa, Madura dan sebagian Kalimantan Barat.

Anyakrakusuma pada saat itu tidak mengijinkan Kongsi Dagang Hindia-Belanda (VOC) untuk membentuk pusat-pusat perdagangan di wilayah pantai utara Jawa.

Penolakan itu dimaksudkan agar perekonomian pribumi di wilayah itu tidak mendapatkan tekanan dari VOC.

Pada saat itu, Mataram memang menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Belanda. Seperti sekarang ini, kedua negara saling mengirimkan duta besarnya di masing-masing negara.

Karena penolakan tadi, maka muncul ketegangan antara Mataram dengan VOC.

Namun dikarenakan adanya pemberontakan terus menerus dari Raden Mas Said (sejak 1742), Mataram menjadi melemah kekuatannya dan pada akhirnya terbelah menjadi tiga bagian.

Untuk menghentikan pemberontakan  maka diadakanlah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline