Lihat ke Halaman Asli

Pastikan Kondisi Keuangan Anda Senantiasa Sehat

Diperbarui: 6 September 2017   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: halomoney.co.id

Kondisi keuangan yang buruk tak ubahnya penyakit yang menggerogoti tubuh dari dalam. Ingin hidup tenang? Pastikan kondisi keuangan Anda senantiasa sehat. Simak tipsnya dari para pakar.

Gaji hanya numpang lewat? Ini adalah salah satu indikator paling sederhana dari kondisi keuangan yang tidak sehat. Indikator lain adalah jika Anda termasuk orang yang suka resah dengan apa yang dimiliki orang lain, tidak memiliki rutinitas menabung atau investasi, dan kalaupun menabung, jumlahnya hanya dibawah 10 persen dari pendapatan.

Ila Abdulrahman RIFA, RFC,dari Shila Financial,mengungkap sejumlah indikator lain, yakni cash flow atau arus kas nol (atau bahkan minus), cicilan utang produktif lebih dari 30 persen, hidup bergantung pada kartu kredit, dan memiliki gaya hidup terlalu konsumtif - yang ditandai dengan rasio biaya hidup diatas 40 persen sehingga memiliki hutang konsumtif.

Menurut Ila, gaya hidup konsumtif kerap menjadi faktor penghancur kesehatan keuangan. Sering kali, orang dengan tipe ini tergoda berbagai hal yang dimiliki atau dilakukan oleh lingkungan sekitar.

"Mereka terjebak pada pemenuhan keinginan, bukan kebutuhan hidup. Misalnya, ikut arisan bernilai puluhan juta yang bagi orang lain tidak masalah karena cash flow mereka tidak terganggu, tapi bisa menjadi masalah bagi mereka yang berpenghasilan dibawah ratusan juta," papar Ila.

Umumnya, ada tiga reaksi seseorang ketika mengetahui kondisi keuangannya ternyata buruk, yaitu cuek, panik dan berusaha memperbaiki, atau panik tapi tidak tahu harus berbuat apa. Tentu, untuk menuju keuangan sehat, Anda harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kondisi finansial agar tidak terus menjadi beban pikiran.

"Seseorang baru menyadari kondisi keuangannya tidak sehat ketika gaji setiap bulan hanya bilang 'permisi' alias numpang lewat. Atau, ia baru tersadar saat melihat dirinya tidak punya tabungan dan tidak bisa berderma secara rutin," ujar Ila.

Kesadaran akan kondisi keuangan yang buruk juga bisa muncul saat tidak mampu membayar cicilan dengan baik serta selalu terjebak dalam utang. Dan, dalam kondisi darurat, ternyata ia tidak memiliki dana yang bisa digunakan, atau ketika untuk hidup sehari-hari ia harus bergantung pada kartu kredit.

Budi Raharjo CFP, Co-Founder dan CEO OneShildt Financial Planning mengungkapkan bahwa indikator keuangan yang sehat dimulai dari arus kas positif, artinya seberapa besar tingkat pemasukan kita setelah dikurangi dengan pengeluaran.

"Ketika pendapatan lebih besar dari pengeluaran, saat itulah keuangan bisa mencapai kondisi surplus. Surplus ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan di masa depan, seperti persiapan dana darurat, dana hari tua, pendidikan anak, investasi, asuransi, dan berbagai tujuan keuangan lain," papar Budi.

Indikator lain dari kondisi keuangan yang sehat, lanjut Budi, adalah seberapa besar kemampuan menabung dan berinvestasi dari pendapatan. Hal ini sering kali disebut rasio kemampuan menabung, ketika minimal 10 persen dari penghasilan disisihkan untuk investasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline