Lihat ke Halaman Asli

NoVote

Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen

Matinya Sebuah Toko (Warung)

Diperbarui: 16 Maret 2020   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

vavai.com | Masim Vavai Sugianto

Anda punya pengalaman jelek ketika belanja? Memanggil penjualnya dengan berteriak, menunggu lama. Setelaj penjualnya datang langsung sambil merengut menggerutu. Bagaimana rasanya? Jika bisa pergi, pasti akan langsung pergi tak jadi belanja.

Rasa tidak enak saja memaksa kita untuk melanjutkan membeli barang di toko (warung) itu. Ketika esok hari ingin belanja lagi, akan datang ke tempat itu lagi? Kalau ada pilihan pasti akan mencari pilihan belanja di tempat lain.

Belanja dengan cara tradisional hampir ditinggalkan oleh konsumen. Berdirinya market dianggap telah mematikan mereka.

Sebagai konsumen kira-kira dengan memilih sendiri menentukan barang mana yang mau dibeli dengan label harga yang sudah melekat tentunya lebih menyenangkan dibanding dengan memanggil pedagangnya dengan berteriak, menunggu, tidak bisa memilih barang, serta harga yang bisa tawar menawar.

Di samping mendapatkan kualitas barang yang bagus dengan harga yang relatif tak jauh berbeda pasti menyenangkan. Tidak ada perasaan kecewa.

Coba saja kita belanja baju, memilih lama, kemudian harga dinaikkan seenak hatinya. Kemudian bersitegang dahulu dengan tawar menawar, padahal sudah berkeringat memilih barang akhirnya tak ada kesesuaian harga. Pasti kesal dibuatnya.

Selain harus berkeringat, pengap, kadang berjejal di antar lalu lalang konsumen lain. Barang yang akan dibeli susah memilih. Membuat sebagian orang enggan.

Ketika ingin belanja, ruangannya dingin, terdengar musik sayup-sayup. bebas berkeliling  sampai puas, dan memilih barang sesuai tebalnya kantong. Setelah membeli barang pukang ke rumah dengan perasaan lega.

Pedagang pasti berharap pembeli datang menghampiri untuk membeli barang dagangannya. Sudah selayaknya melayani dengan ramah. Kalau di market, setiap saat senyum manis perempuan muda dan cantik ramah melayani. Bandingkan dengan toko (warung), kadang rasa lelah pedagangnya datangnya pembeli dianggap telah mengganggu istirahatnya.

Jadi jangan salahkan ketika ada mini market dan swalayan mematikan toko (warung). Pertimbangkan kembali metode dan layanan yang diberikan oleh mini market dan swalayan. Kalau bisa kita adopsi. Persaingan bisnis memang berbanding lurus salah satunya dengan pelayanan.

Oleh karena itu, pembeli adalah raja. Ketika posisinya di balik, pedagang adalah raja maka kematian toko (warung) tinggal menunggu waktu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline