Lihat ke Halaman Asli

Roman Rendusara

TERVERIFIKASI

Memaknai yang Tercecer

Terhipnotis Membaca Biografi 'Karni Ilyas, Lahir Untuk Berita'

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

136920656435943718

[caption id="attachment_262812" align="aligncenter" width="418" caption="Gambar dari orangemediaumb.com"][/caption] FENTY Effendy penulis biografi ‘KARNI ILYAS – Lahir Untuk Berita’ yang sekarang bukunya sedang saya baca, membuka dengan kata pengantarnya dengan sangat tetapt. “If there’s a book that you want to read, but it hasn’t been written yet, then you must write it”. Kata – kata ini memikat saya. Beliau mengutip ucapan seorang wanita kulit hitam pertama AS yang menerima Nobel Kesusastraan tahun 1993, Toni Morrison. Jika ada sebuah buku yang ingin Anda baca, tetapi buku tersebut belum ada yang menulisnya, maka Andalah yang akan menulis buku itu. Ajakan ini tegas dan jelas bagi siapa saja yang membaca buku. Tak terkecuali saya.

Senang sejalan bahagia akhirnya buku ‘KARNI ILYAS – Lahir Untuk Berita’ sampai juga di tangan saya. Penasaran beberapa waktu lalu kini terbayar. Memang saya hanya mendengar launching-nya pada suatu acara Indonesia Lawyers Club yang dipandu Pak Karni Ilyas sendiri. Dari segi judulnya saya langsung jatuh cinta. Sejak saat itu saya memendam rasa rindu yang mendalam – kapan saya bisa membaca tuntas buku itu? Mahlum di Ende tidak ada toko buku sekelas Gramedia.

Baru saja seorang teman yang juga hobi rajin membaca pergi ke Bandung. Di cela – cela acaranya yang padat untuk mengikuti pelatihan dan workshop di Hotel Ibis Bandung, beliau menyempat waktu untuk mengunjungi toko buku Gramedia terdekat. Akhirnya berhasil, ia membeli buku itu. Dan kini buku itu berada ditangan saya dengan kesepakatan ‘pinjam’.

Sekali lagi, rasa rindu itu terbayar. Dan seperti langsung terhipnotis. Saya memandang sampulnya. Saya melirik pula penulisnya yang tidak asing dalam karya biografi. Lalu saya menatap judulnya dalam – dalam, ‘KARNI ILYAS – Lahir Untuk Berita’. Di halaman judul paling atas dengan tinta kuning keemasan tertulis, ’40 Tahun Jadi Wartawan’. Saya kagum. Sebuah waktu yang bukan singkat dan mungkin tidak semudah mengedipkan alis mata untuk bertahan sebagai pemburu berita.

Secara pribadi, saya bukanlah fans berat pak Karni Ilyas. Bukan pula Karni Ilyas lover. Walau saya tahu ia seorang cerdas kalau saya membataskan diri pada Karni Ilyas sebagai seorang pemandu acara ILC di TVOne itu. Pengetahuannya luas. Tetapi sebagai mana seorang tokoh lain yang dianggap terpandang di bawah kolong langit ini, saya penasaran. Mengapa mereka hebat. Mengapa dia cerdas. Mengapa dia sukses. Naluri mengetahui secara lebih mendalam tentang seseorang membuncah dalam batok kepala saya. Begitu pula dengan Pak Karni Ilyas.

Sampai pada detik ini, saya baru sampai di ‘Diselamatkan Gadai Sepeda’. Lalu saya membayangkan ketika pak Karni Ilyas berbicara dengar suara yang serak – serak parau. Tertangkap jelas perjuangan dan kerja kerasnya kala itu. Inspiratif memang.

Di akhir sebelum saya melepas sedikit lelah, saya teringat dengan nasihat seorang teman kost dulu ketika ia tahu saya terpaksa tunda kuliah, ‘bumi tak pernah menangis ketika kita terantuk dan jatuh, namun ia akan meneteskan airmata ketika kita tak mau bangun lagi’.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline