Dampak Pemasangan Panel Surya terhadap Industri Listrik
Oleh : ROBI AKBAR
Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Pamulang
Pemasangan panel surya (PLTS) di rumah-rumah memiliki dampak signifikan terhadap industri listrik di Indonesia, terutama PLN sebagai penyedia utama energi. Berdasarkan berbagai studi, penetrasi PLTS atap di sektor rumah tangga berpotensi menurunkan konsumsi listrik dari jaringan, khususnya pada siang hari ketika produksi listrik surya mencapai puncaknya. Jika tren ini meluas, maka volume penjualan listrik PLN pada jam-jam beban siang akan menurun secara bertahap. Hal ini telah terbukti di berbagai negara seperti Australia dan Jerman, yang mengalami perubahan bentuk kurva beban harian (duck curve) akibat distribusi panel surya di level konsumen.
Penurunan permintaan tersebut secara langsung dapat mengganggu model bisnis PLN yang selama ini bergantung pada penjualan energi per kWh. Studi menunjukkan bahwa dalam skenario PLTS atap terpasang massal, PLN berpotensi kehilangan pendapatan tanpa mengurangi kewajiban untuk menyediakan infrastruktur dan layanan jaringan. Ketimpangan ini berisiko menimbulkan beban finansial bagi PLN, terutama jika kebijakan seperti net-metering atau tarif feed-in tidak dikaji ulang secara adil. Maka dari itu, pemerintah dan PLN perlu mengevaluasi kembali mekanisme kompensasi terhadap surplus energi dari konsumen.
Namun, dampak PLTS rumah tidak serta-merta menurunkan atau "menghancurkan" industri listrik. Peran jaringan tetap krusial, mengingat panel surya tidak beroperasi optimal di malam hari atau saat mendung. Oleh karena itu, jaringan PLN tetap dibutuhkan sebagai penyedia cadangan dan penyeimbang sistem. Studi juga menunjukkan bahwa peran baru PLN sebagai operator sistem dan penyedia layanan energi terdistribusi akan menjadi strategi adaptif dalam menyongsong transisi energi. PLN bisa mengembangkan layanan seperti pemasangan panel, monitoring, serta pembelian energi surplus dengan skema yang menguntungkan kedua pihak.
Dengan demikian, pemasangan PLTS di rumah-rumah seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman bagi industri listrik, melainkan sebagai momentum transformasi. Melalui kebijakan yang tepat, industri listrik bisa berubah menjadi lebih efisien, modern, dan ramah lingkungan. Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang mendukung ekosistem energi terbarukan terdesentralisasi, sekaligus menjamin keberlanjutan finansial dan teknis operator listrik nasional. Kolaborasi antara konsumen, penyedia energi, dan regulator akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan sistem kelistrikan yang tangguh di era transisi energi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI