Lihat ke Halaman Asli

Rizki Rahma Hayati

Mahasiswa di IPB University

Taman Ganesha sebagai Surga Kecil bagi Burung di Tengah Kota Bandung

Diperbarui: 15 Maret 2025   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Taman Ganesha didirikan pada tahun 1919 sebagai monumen penghormatan kepada Dr. Ir. J. W. Izjerman, salah satu tokoh penting dalam pendirian ITB. Taman ini awalnya dinamai Taman Izjerman sebelum akhirnya diubah menjadi Taman Ganesha. Terletak di Jalan Ganesha, taman ini dirancang dengan gaya Indische Tropische Park, lanskap tropis khas Priangan yang terinspirasi dari taman-taman bergaya Perancis dan Italia pada akhir abad pertengahan. Hingga saat ini, Taman Ganesha berfungsi sebagai ruang terbuka hijau (RTH) yang penting di tengah kota Bandung, memberikan manfaat ekologis dan sosial bagi masyarakat. Secara administratif, taman ini berada di bawah pengelolaan Dinas Pertamanan Kota Bandung, dengan operasional sehari-hari yang dilakukan oleh Direktorat Sarana dan Prasarana ITB. Peran utama taman ini tidak hanya sebagai tempat rekreasi dan edukasi, tetapi juga sebagai habitat bagi berbagai flora dan fauna, termasuk populasi burung yang cukup beragam.

Taman Ganesha menjadi rumah bagi berbagai jenis burung, termasuk beberapa spesies yang cukup unik dan jarang ditemui di kawasan perkotaan. Keanekaragaman vegetasi di taman ini menyediakan tempat berlindung, bersarang, serta sumber makanan bagi burung-burung tersebut. Beberapa spesies burung yang sering dijumpai di taman ini antara lain cinenen jawa (Orthotomus sepium), remetuk laut (Gerygone sulphurea), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), gereja erasia (Passer montanus), takur ungkut-ungkut (Megalaima haemacephala), perkutut (Geopelia striata), tekukur (Streptopelia chinensis), dan kerak kerbau (Acridotheres javanicus). Salah satu spesies yang menjadi perhatian adalah betet biasa (Psittacula alexandri), burung paruh bengkok dengan warna hijau mencolok yang sering dikaitkan dengan burung nuri. Sayangnya, status konservasinya saat ini berada dalam kategori Hampir Terancam (Near Threatened) menurut IUCN. Keberadaan berbagai spesies burung ini menunjukkan bahwa Taman Ganesha masih menyediakan ekosistem yang cukup baik bagi satwa liar, meskipun berada di tengah lingkungan urban yang padat.

Keberadaan burung betet biasa di Taman Ganesha menunjukkan bahwa taman ini memiliki peran penting dalam mendukung keberlangsungan spesies tersebut. Dengan 158 individu pohon yang terdiri dari 39 spesies dan 24 famili, taman ini menyediakan habitat yang ideal bagi burung-burung untuk berlindung, beristirahat, serta mencari makan. Beberapa jenis pohon bahkan berperan sebagai spesies kunci bagi burung-burung ini, seperti beringin (Ficus benjamina), karet munding (Ficus elastica), dan ampelas putih (Ficus tinctoria). Pohon-pohon ini menghasilkan buah setiap musim, memberikan manfaat bagi burung-burung baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai sumber makanan. Waktu terbaik untuk mengamati burung betet biasa adalah pagi dan sore hari, ketika sinar matahari tidak terlalu terik. Mereka juga lebih aktif di musim hujan, saat ketersediaan makanan seperti buah dan biji-bijian melimpah. Burung betet biasa hidup dalam kelompok sosial dan berkomunikasi dengan suara keras, sehingga cukup mudah untuk menemukannya jika kita mendengar kicauan khas mereka dan melihat ke arah tajuk pepohonan. Namun, meskipun taman ini masih mampu menyediakan lingkungan yang mendukung bagi burung betet biasa dan berbagai jenis burung lainnya, keberadaan mereka tetap menghadapi berbagai ancaman.

Perubahan lingkungan, hilangnya pohon besar, serta aktivitas manusia yang berlebihan dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup mereka dan mengganggu keseimbangan ekosistem taman. Selain itu, polusi suara dan udara dari lalu lintas sekitar juga dapat mempengaruhi perilaku dan kenyamanan burung di taman ini. Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa adanya upaya konservasi, bukan tidak mungkin populasi burung betet dan spesies lainnya di Taman Ganesha akan mengalami penurunan drastis. Untuk memastikan keberlangsungan populasi burung betet di Taman Ganesha, diperlukan upaya konservasi yang terencana dan berkelanjutan.

Salah satu langkah utama strategi konservasi yang tepat adalah menjaga keberadaan pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai tempat bersarang dan berlindung bagi burung betet. Selain itu, upaya penanaman pohon yang menghasilkan buah dan biji sebagai sumber makanan perlu ditingkatkan. Pengelolaan aktivitas manusia juga menjadi faktor penting, misalnya dengan menetapkan zona perlindungan bagi burung, mengurangi polusi suara, serta membatasi gangguan dari pengunjung. Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat juga menjadi bagian penting dalam upaya konservasi. Kampanye tentang pentingnya menjaga habitat burung dapat dilakukan melalui berbagai media, termasuk pemasangan papan informasi di taman. Selain itu, program sukarelawan dan kegiatan edukasi bagi masyarakat serta mahasiswa dapat membantu meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian burung ini. 

Efektivitas strategi perlindungan perlu dipastikan melalui pemantauan dan penelitian yang dilakukan secara berkala. Survei populasi burung betet dapat membantu mengetahui kondisi terkini dan trend perkembangannya. Kerja sama dengan akademisi dan organisasi lingkungan akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan metode konservasi yang lebih efektif berdasarkan data ilmiah. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan burung betet dapat terus berkembang dan bertahan di Taman Ganesha, menjadikannya sebagai salah satu habitat burung perkotaan yang tetap lestari di masa mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline