Lihat ke Halaman Asli

Rizdkika NurAnisa

Mahasiswa PGPAUD UNY

Mencetak Calon Pemimpin Bangsa: Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan Harus Dimulai Sejak Anak Usia Dini?

Diperbarui: 17 September 2025   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan kewarganegaraan dapat diibaratkan sebagai proses menyemai benih karakter unggul dalam diri setiap anak, yang kelak akan tumbuh menjadi pohon bangsa yang kokoh. Melakukan "penyemaian" ini di usia dini adalah investasi paling cerdas, karena pada masa inilah akar-akar nilai dapat tertanam paling dalam (Abdi, 2024). Fenomena kemerosotan moral yang terjadi di Indonesia, seperti tawuran, korupsi, dan kejahatan lainnya, menunjukkan pentingnya hal ini. Bahkan pada anak usia 0-6 tahun, telah terlihat gejala negatif seperti saling membully, ketidakjujuran, dan diskriminasi. Survei gabungan menunjukkan bahwa tingkat kemerosotan karakter anak di Indonesia mencapai 69,52%. Data ini mencakup berbagai aspek seperti religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan perilaku. Angka ini mencerminkan tantangan serius dalam membentuk generasi masa depan yang berintegritas. Masa anak-anak adalah periode emas untuk menanamkan nilai-nilai luhur. Mereka seperti spons yang menyerap semua yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan menanamkan karakter positif sejak dini, kita bisa membangun fondasi yang kuat untuk membentuk pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan menghargai orang lain. Ini dapat mencegah masalah sosial dan dapat membangun identitas bangsa (Hasibuan & et al, 2023).

Di taman kanak-kanak, pendidikan kewarganegaraan dilakukan melalui pendekatan yang interaktif dan menyenangkan, seperti permainan dan cerita, pendidikan ini menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kearifan lokal sejak awal. Hal ini membantu membangun fondasi yang kuat untuk identitas nasional yang inklusif dan kokoh, yang sangat krusial di era globalisasi (Faizin & Muidin, 2021). Pendidikan kewarganegaraan yang diterapkan pada anak usia dini bukan hanya tentang mengajarkan teori, tetapi menanamkan nilai-nilai praktis seperti tanggung jawab, saling menghormati, dan cinta tanah air melalui kegiatan yang sesuai dengan usia anak. Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas, identitas nasional yang kokoh, dan siap menjadi pemimpin yang berakhlak mulia (Sumani & et al, 2024).

Guru dan keluarga memiliki peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan kepada anak-anak, hal ini dapat dilakukan melalui proses bermain dan belajar di kelas maupun di rumah (Patola & et al, 2023). Proses ini secara bertahap membangun sistem moral internal dan kesadaran akan berbangsa dan bernegara, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang disiplin. Lebih dari itu, proses ini menanamkan sebuah identitas dan tujuan mulia, menyadarkan mereka bahwa masa depan bangsa ini kelak berada di genggaman mereka sebagai penerus kepemimpinan (Abdi, 2024). Dengan menanamkan nilai kewarganegaraan sejak dini dapat membentuk dan mempersiapkan anak menjadi warga negara yang baik meliputi:

  • Tumbuhnya rasa cinta terhadap tanah air

Anak-anak diajarkan untuk menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan pakaian adat dan pengenalan budaya nusantara dapat menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap keberagaman adat dan budaya di Indonesia, dalam pembelajaran anak-anak juga ditanamkan untuk berpartisipasi sosial misalnya dapat dicerminkan dalam permainan seperti pemadam kebakaran yang membantu menyelamatkan, dokter yang merawat pasien, dan anak-anak yang merapikan mainan setelah bermain (Unifam, 2024).

  • Tertanam nilai-nilai kejujuran dan membentuk individu yang berakhlak mulia

Penerapan kejujuran dan pembentukan akhlak mulia kepada anak dapat diciptakan melalui tidak membiasakan anak berbohong. Guru dan orangtua dapat memberikan contoh melalui perilaku sehari-hari, sehingga memberikan gambaran kepada anak-anak tentang hal-hal baik yang perlu mereka contoh melalui kebiasaan yang diterapkan. Jika mendapati anak-anak melakukan kebohongan ataupun perilaku yang tidak baik maka mereka perlu juga kesadaran akan akibat yang dapat diterima dari tindakan yang dilakukan seperti kehilangan kepercayaan dari orang lain. Di sisi lain guru dan orang tua perlu juga memberikan apresiasi terhadap anak yang melakukan kejujuran dan berperilaku baik, sehingga anak-anak akan merasakan adanya dukungan serta kepercayaan dari orang dewasa (Ndeot, 2023).

  • Kesadaran akan menjadi individu yang lebih baik

Pendidikan Kewarganegaraan sebaiknya diintegrasikan ke dalam setiap kegiatan di PAUD dapat membentuk individu yang beriman, berakhlak mulia, cerdas, terampil, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis. Integrasi ini tidak hanya membentuk karakter, tetapi juga membantu anak-anak menjadi individu mandiri. Pendidikan kewarganegaraan yang diterapkan secara terintegrasi ini membantu mereka membangun fondasi kemandirian, belajar mengambil keputusan yang baik, dan pada akhirnya, menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepribadian luhur serta tanggung jawab sosial (Hasibuan & et al, 2023).

  • Membentuk karakter dan budi pekerti mulia

Mengajarkan dan membentuk karakter anak agar terciptanya budi pekerti yang mulia diawali dengan keteladanan, hal ini bertujuan agar pola perilaku anak berubah ke arah yang baik dan sebagai langkah untuk mempersiapkan serta membentuk karakter spiritual dan sosial kepada anak. Guru dan orangtua perlu memberikan keteladanan kepada anak tidak hanya wejangan namun juga sopan santun dan tindak tanduk yang mencerminkan budi pekerti yang mulia. Misalnya dalam setiap memulai aktivitas anak dibimbing untuk berdoa sesuai kepercayaan, hal ini efektif tidak hanya meningkatkan kemampuan anak untuk menghafal doa sehari-hari namun juga menanamkan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di sisi lain guru dan orang tua perlu menanamkan sikap toleransi dan saling mengasihi kepada anak agar memunculkan rasa kasih sayang terhadap sesama dan meminimalisir tindakan pembullyan (Cahyaningrum & et al, 2017).

Untuk mencapai keberhasilan ini, diperlukan kolaborasi yang erat antara guru dan orang tua. Keduanya memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan, terutama melalui metode yang menyenangkan dan sesuai dengan usia anak. Peran guru tidak akan maksimal tanpa dukungan dari orang tua. Nilai-nilai yang diajarkan di sekolah harus terus diperkuat di lingkungan keluarga. Guru dan orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik. Guru dapat berbagi informasi tentang materi dan perkembangan siswa di sekolah, sementara orang tua dapat memberikan dukungan dengan memastikan anak-anak mereka mempraktikkan nilai-nilai tersebut di rumah.  Guru menggunakan metode interaktif dan kontekstual, seperti bermain peran atau aktivitas kelompok, untuk mengajarkan nilai seperti disiplin, integritas, dan sikap demokratis. Orang tua kemudian bertugas melanjutkan dan memperkuat nilai-nilai ini di rumah, melalui kebiasaan sehari-hari seperti berbagi tugas atau menyelesaikan masalah bersama. Dengan adanya kolaborasi yang kuat, pembentukan karakter anak akan berjalan lebih efektif dan komprehensif, menjadikannya sebuah investasi yang benar-benar berharga bagi masa depan bangsa (Patola & et al, 2023).

 

References

Abdi, Z. (2024). Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan Sejak Anak Usia Dini. Kumparan. https://kumparan.com/zainal-abdi-02/pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan-sejak-anak-usia-dini-22lWi1wYpVM

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline