Pernah punya guru favorit waktu sekolah dulu? Dulu waktu SMP, saya punya wali kelas perempuan yang asik banget, dia juga ngajar bahasa Inggris. Cara ngajarnya enak, bisa memotivasi murid-murid, dan penampilannya selalu keren. Saat itu guru-guru SMP negeri belum pakai seragam, jadi masih pakai baju bebas dan apa pun yang dipakainya selalu rapi, enak dilihat. Setiap ngambil raport, dia selalu kasih nasihat tapi rasanya tidak ada jarak, ya kayak ibu ngomong ke anaknya.
Di SMA saya juga dapat wali kelas yang asik di kelas 3 Sos 3, dulu masih ada penjurusan fisika (A3), biologi (A2), dan sosial (A3). Wali kelas saya itu orangnya terbuka dan bisa di ajak curhat. Saat itu, saya lagi dekat dengan teman sekelas. Ketika lulus, dia ngomong ke kami berdua dan minta pacarannya jangan hanya sampai SMA tapi kalo bisa dilanjut. Sayangnya, kami putus gara-gara pacaran jarak jauh.
Guru favorit juga ada di film-film. Kalo guru cowok saya suka dengan John Keating di film "Dead Poets Society". Saya paling ingat waktu dia bilang 'Carpe Diem', meminta murid-muridnya untuk berani mengambil kesempatan. Cara ngajarnya di luar kebiasaan, bahkan sampai naik-nak ke meja. Guru bahasa Inggris itu juga bilang, "kedokteran, hukum, bisnis, teknik, semua itu kegiatan mulia dan penting untuk menopang kehidupan. Namun, puisi, keindahan, romansa, cinta, itulah yang membuat kita tetap hidup."
Kalo untuk guru perempuan, salah satu yang terbaik adalah LouAnne Johnson. Mantan marinir Amerika Serikat itu mengajar di kelas yang isinya murid-murid bandel dan bermasalah di SMA Kalifornia. Cara ngajarnya unik, misalnya mengajarkan karate agar para siswa bisa menghargai dirinya dan orang lain. Dia terus mendorong anak didiknya untuk mencapai nilai akademis yang tinggi. LouAnne juga mendatangi satu per satu murid yang menemui masalah di rumahnya.
Kisah LouAnne Johnson ini dijadikan buku berjudul "My Posse Don't Do Homework" dan diadaptasi jadi film "Dangerous Mind" yang dirilis 30 tahun lalu, tepatnya 11 Agustus 1995. Michelle Pfeiffer jadi gurunya. Meski kurang diterima oleh para kritikus sok tahu, yang bilang filmnya terlalu menyederhanakan masalah ras dan pendidikan, film ini dapat empat nominasi di MTV Movie Awards 1996 untuk kategori "Best Movie", "Best Female Performance (Michelle Pfeiffer)", "Most Desire Female" dan "Best Movie Song".
Harus diakui filmnya kalah ngetop dibanding soundtracknya "Gangsta's Paradise" yang dinyanyikan rapper Coolio, featuring L.V. Lagunya jadi nomor satu di Billboard Hot 100 dan di 16 negara lainnya. Di Indonesia juga ngetop, sering banget di putar di MTV dan acara-acara musik lokal di tanah air. Liriknya mendukung tema film tentang perjuangan para murid untuk menjadi yang terbaik.
Prestasi lagu itu berlanjut dengan meraih Grammy Award 1996 untuk "Best Rap Performance", namun kalah dari lagunya Seal "Kiss From a Rose" untuk kategori "Record of the Year". Sementaranya video klip yang digarap sutradara Antoine Fuqua Berjaya meraih "Best Rap Video" dan "Best Video From a Film". Lagu ini laku sampai tiga juta copy hanya di Amerika saja dan dibikin parodi oleh "Weird Al" Yankovic dengan judul "Amish Paradise", pokoknya kalau lagu ada yang dicover oleh penyanyi nyentrik itu sudah pasti lagu-lagu kelas satu.
Awalnya, lagu ini untuk filmnya Will Smith dan Martin Lawrence "Bad Boys", untung Coolio bergerak cepat dengan 'merebut' lagu tersebut. Ceritanya berawal dari acara kumpul-kumpul di rumahnya manajernya Coolio. Rapper itu mendengar demo berisi sample dari lagunya Stevie Wonder "Pastime Paradise" yang diputar produser Doug Rasheed di ruang atas. Coolio buru-buru naik sambil nanya lagu siapa itu. Dia langsung ambil pulpen dan mulai menulis liriknya. Larry "L.V." Sanders yang juga ikut nongkrong diajak nyanyi di bagian chorus.
Lirik pembuka terinpirasi dari Mazmur 23 "as I walk through the valley of the shadow of dead". Waktu nulis lagu itu, Coolio sudah berusia 30 tahun, namun tokoh utama di lagu tersebut berusia 23 dan dan dia tidak yakin apakah bisa sampai umur 24 tahun mengingat kerasnya hidup di jalanan.Coolio menegaskan, lagu ini tidak bermaksud untuk memuja-muja gaya hidup gangster. Sang narator selalu berdoa setiap malam dan di akhir lagu dia menuduh sistem telah mengecewakannya.
Setelah lagunya beres, Coolio langsung menghubungi petinggi Tommy Boy Records dan dasar emang jodoh, akhirnya lagu itu jadi bagian dari film "Dangerous Mind". Menurut majalah Rolling Stone, produser film membayar Collio 100 ribu dollar. Namun masih ada satu masalah yang mengganjal, Stevie Wonder masih belum memberi izin lagunya digunakan dalam lagu gangster. Untungnya, istri Coolio saat itu, Josefa Salinas, kenal dengan kakak Stevie. Lewat koneksi orang dalam akhirnya Stevie memberi izin.