Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Lupa Lagu Nasional

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terkagum-kagum menyaksikan sebuah infotainment yang bertajuk nasionalisme. Ada beberapa artis yang ditantang untuk menyanyikan sebuah lagu perjuangan. Ada juga yang diminta untuk menyebutkan teks proklamasi.

Beberapa rangkaian kata yang dinyanyikan justru dengan fonem yang sama tapi kata yang berbeda. Sepintas saya hanya terkesima mendengarnya. Ada lirik yang berbeda disana. Iseng-iseng saya meminta beberapa pemuda di tempat saya bekerja untuk menyanyikan beberapa lagu nasional. Tetap dengan hasil yang sama. Ada beberapa orang yang lupa lirik, ada yang menyanyi tanpa nada :-)

Coba anda isi titik-titik dibawah ini

...............Negri

Padamu negri, kami...........

Padamu negri, kami...........

Padamu negri, kami...........

..........negri, jiwa raga kami

Satu ........Satu...........

Satu nusa, satu...........satu..........kita

Tanah air pasti jaya untuk...........

Indonesia......Indonesia......

Nusa .........dan.......

...................................

Sebutkan teks proklamasi.................

Berkibarlah benderaku

Lambang ......gagah....

Diseluruh.......Indonesia, kau tetap.......bangsa

Siapa berani menurunkan engkau

Serentak rakyatmu membela

Sang ....................yang.........

Berkibarlah.......................

Heran, jujur saya heran. Sebenarnya bukan lagu yang kita pakai sebagai standar mengukur nasionalisme. Tapi hati kecil saya sedikit menangis menyaksikan fenomena ini. Kembali ke masa-masa perjuangan pahlawan. Kembali ke zaman perlawanan rakyat Indonesia. Mungkin lirik lagu-lagu perjuangan itu menunjukkan semangat mereka. Impian yang begitu besar untuk diwujudkan yang hanya masih mungkin mereka dapatkan lewat lagu perjuangan tersebut. Masih mustahil untuk mencapai kemerdekaan saat itu, tapi lirik perjuangan tetap dikumandangkan dalam hati mereka menjadi anastesi lokal supaya keringat darah yang mereka relakan tidak berasa apa-apa.

Mungkin saat ini lirik-lirik lagu itu tidak dipakai untuk memegang tombak perang. Mungkin juga lagu itu bukan suplemen energi untuk mengangkat senjata dan bambu runcing tidak pula untuk penghilang nyeri luka-luka berperang. Tapi semangat lagu juga mempersatukan nusantara ini. Semangat sang penyair untuk kembali membarakan rasa nasionalisme rakyat dengan latar belakang berbeda-beda agar memiliki satu visi yaitu MERDEKA. Tapi inilah yang hampir terhilang. Banyak pemuda pemudi tidak lagi mereka-reka ulang dan menghayati makna tersiratnya. Padahal setiap lagu justru punya makna yang dalam bila kita benar-benar menghayatinya. MANA EKSPRESINYA!!! (mengutip dari sebuah ikon iklan).

Pertanyaanya apakah kita masih memiliki semangat itu? Bahkan kadang kala hanya formalitas saja menyanyikannya. Hapal lirik tapi tak punya feel nya *seperti kata salah seorang juri vokal di televisi* sama saja bohong.

Kembalikan semangatitu rakyat Indonesia!!! untuk pembangunan Indonesia menuju lebih baik.

MERDEKA!!!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline