Lihat ke Halaman Asli

Risnawati

Mahasiswi

"Cingcowong" Tradisi Memanggil Hujan Masyarakat Daerah Kuningan Jawa Barat

Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cingcowong

Sabtu, 08 Oktober 2022 Mahasiswa pertukaran mahasisiwa merdeka 2 melaksanaka kegiatan Modul Nusantara di Fakultas Pendidikan Seni dan Desain UPI. Pada kegiatan modul nusantara dengan tema yang di angkat yaitu bahas sinema "film dokumenter CINGCOWONG" from Sacred To Profane, pada kegiata ini juga hadir crew dari Vulpecula Pictures"

Film dokumenter Cingcowong ini merupakan film yang menceritakan tentang ritual pememanggil hujan di daerah Kuningan, Jawa barat yang di namakan "Cingcowong". Cingcowong ini merupakan  boneka kayu, badannya terbuat dari perangkap ikan dari bambu dan kepalanya terbuat dari gayung untuk mengambil air yang nantinya akan di dandani dan dipakaikan baju kebaya dan di hias dengan bunga kamboja dari makam. Boneka cingcowong ini merupakan boneka kayu yang di gunakan sebagai perantara pelaksanaan ritual ini.

bersama boneka cingcowong 

Sebelum pelakasanaan ritual cingcowong ini, boneka cingcowong terlebih dahulu di letakkan di kolomberan atau saluran air agar roh alfaring atau roh penunggu nanti masuk ke boneka cingcowong ini dan Dunawita (pelaksana tradisi) melakukan puasa selama tiga hari tiga malam guna mensucikan diri. Ritual cingcowong ini dipimpin langsung yang di namakan pundu, pundu ini adalah orang yang memiliki kemampuan khusus di bidang spiritual atau kepercayaan setempat yang di anggap memiliki kecakapan khusus untuk berhubungan dengan mahluk dan kekuatan supranatural. Pada pelaksanaan ritual ini punduh membacakan mantranya , mantra yang dia lafalkan yaitu menggunakan bahasa sunda dan bahasa jawa.

Pada saat pelaksanaan ritual ini menggunakan tangga bambu, tikar, sisir, cermin, serta air dan bunga kamboja yang disimpan di wadah dan masih banyak lagi perlengkapan tambahan. Awal mula pelaksanaan tradisi ini punduh bolak balik melewati tangga sebanyak tiga kali. Setelah itu punduh duduk di tengah dan ditemani oleh pembantu punduh membantu memegangi boneka cingcowong ini saat mulai bergerak. Gerakan tak terkendali dari boneka menandakan roh telah memasuki boneka cincowong ini. Tradisi akan dia anggap telah selesa apabila boneka cingcowong ini telah berhenti bergerak.

proses pelaksanaan ritual 

Cingcowong tradisi memanggil hujan tidak lagi dilakukan atau diberhentikan sejak tahun 2005/2006 dikarenakan tradisi ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama. Saat ini cingcowong ini ditampilkan pada teaterikal dan tarian yang dimaksudkan untuk melestarikan tradisi yang ada di Bandung. Seperti yang di lakukan oleh crew Vulpecula Pictures yaitu membuat film dokumenter dan tarian dari cingcowong ini. Film dokumenter ini cukup menarik karena dari film ini, kami mahasiswa dari berbagai pulau di Indonesia bisa megetahui akan adanya tradisi cincowong atau ritual memanggil hujan yang dipercaya oleh masyarakat di daerah Kuningan meskipun dalam pelaksanaanya telah dihentikan karena bertentangan dalam nilai agama.

Yang menarik perhatian dalam acara nonton ini yaitu pada saat para crew dari film dokumenter ini menceritakan hal-hal mistisis yang mereka alami pada saat proses pembuatan film ini. Ada yag merasa diganggu dan diiukuti ke rumah, ada yang hilang kunci motornya ada yang dan amsih banyak lagi dan pada akhirnya boneka cingcowong yang digunakan ini dibakar karena mereka banyak mengalami ganguan setelah adanya boneka cingcowong ini.

 (dokpri)

kang Azka penulis naskah cingcowong (dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline