Lihat ke Halaman Asli

Kharisma

student islamic philosophy

Kendali Penuh Diri Sendiri | Menetralisir Rasa Sakit

Diperbarui: 11 Desember 2023   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Lamunan buram menikmati riuh pikiran ialah puncak dari ketenangan. Bahkan perlahan menatap kelam, tetap hanya tersisa suara dalam benak.

Kian mendalam perenungan, seketika terlampau kacaunya. Pandangan cukup lama bertahan dalam bayang-bayang ingatan, begitu lama, hingga nampak begitu nyata dan menyakitkan.

Lantas, bagaimana diri mesti berlaku? yang ada hanya sibuk menggamit ingatan akan trauma yang tak kunjung selesai.

Lenyapkan segalanya, dan biarkan relung liar bersama harapan akan kebahagiaan kelak? Yah, kendati pelik, namun itulah yang mesti. Larut berlama-lama, bukan kepastian akan memperoleh ketentraman.

Buang dan terbukalah, dunia realita nampak begitu asik dan menyenangkan. Sudah cukup, tak ada lagi trauma, tak ada lagi luka, dan tak lagi terucap 'hakikat tidur hanyalah jeda dari rasa sakit.'

Pada dasarnya, kesakitan meluap karena diri yang tak kuasa untuk menerima, tak mampu sesuai, selalu saja menuntut sama dengan harapan yang telah diukir.

Dan benar saja, pentas dunia memang menoreh banyak kebaikan-kebaikan. Sekali lagi, derita tergantung bagaimana diri menata kendali untuk bersikap melayani kenyataan.

Catatan refleksi, 10/12/23




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline