Lihat ke Halaman Asli

Rifki Feriandi

TERVERIFIKASI

Open minded, easy going,

Keseruan Ade dan Ayah Saat Berburu Takjil

Diperbarui: 17 Mei 2018   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berburu Takjil: Dekat tapi Seru | Foto: Rifki Feriandi

Saya harus menaruh salut bagi sesiapa yang punya semangat untuk berburu sesuatu yah "WAH", seperti wah dalam rasa. Kuliner lezat. Masalahnya karena saya bukanlah tipe itu. Saya tidak bersemangat. Bukanlah pada ketakutan makan lezat membuat perut gendut. Itu mah gak ngaruh, lha wong sudah gendut dari sononya. Tapi lebih kepada kemalasan untuk mengantri. Apalagi untuk takjil. Perasaan, makanan takjil ya itu-itu saja deh. 

Apalagi takjil yang paling lezat selama hidup ini ada di masa lalu, empat puluh tahun lalu: kerupuk banjur kampung, candil Bu Arian atau bala-bala Bi Iron. Dan, karena saya tidak bisa berkunjung ke masa lalu, ya sudah kita beli takjil yang dekat-dekat saja. Bazar Ramadan Mesjid Raya Al Kautsar, Vila Dago Pamulang. Tetapi meski dekat, tetap saja ada keseruan berburu takjil itu jika dilakukan si Ayah sama Ade. Seperti yang terjadi di perburuan hari pertama tadi.

Keseruan pertama: tentang Timun Suri

Penjual timun suri di depan kavling kosong yang menjadi kebun | Foto: Rifki Feriandi

Ketika kita menyusuri jalan raya (boulevard) Vila Dago, langsung si Ade bertanya. "Yah, kenapa yang jualan timun suri itu panennya pas banget waktu Ramadan?". Timun suri adalah bahan takjil kesukaan si Ibu. Es timun suri buatan si Ibu lezatos. Cuman, kita semua lagi tidak kepengen es timun di hari pertama ini.

Memang sih, di sepanjang jalan Vila Dago itu bermunculan pedagang-pedagang timun suri. Mereka berdagang di depan kavling-kavling kosong yang mereka tanami. Dan...betul jika mereka panen setelah masuk bulan puasa. Tetapi kenapa ya? Ya, akhirnya si Ayah menjawab standar normative. "Yang tanam sudah tahu De berapa lama panen. Jadi mereka tahu kapan menanam biar panennya di bulan puasa". Gitu kira-kira jawaban si Ayah. Untungnya jawaban itu tidak diikuti pertanyaan lagi, semisal "Emang panen timun suri berapa lama?". (Eh, tapi kalo bertanya gitu, si Ayah juga punya jawaban. "Emang Ayah gugel apa?"). Yang muncul malah plesetan.

"Suri itu roti yang kita makan Yah. Suri Roti".

Kalo sudah mulai main plesetan antara Ade dan Ayah, sudah lah sepanjang jalan menjadi seru. Karena main plesetan itu ternyata mikir juga. (Pantesan kepala ayah botak ya)

Keseruan ke dua: tentang Es Kepal

Si Ade mungkin tahu kalau si Ayah bingung kenapa Es Kepal mendadak menjamur dan ada di mana-mana. Tapi sore  tadi dia tidak menyangka. Wajah dia agak kaget ketika si Ayah menantang dia.

"Ayo tebak. Menurut Ade ada yang jualan Es Kepal gak di sini?".

Si Ayah mengajukan pertanyaan asal-asalan itu memang penasaran. Kalo Es Kepal ada di bazaar Ramadhan ini, si Ayah siap bilang "OMG". Dan...jadilah kita berdua itu mulai jelalatan mata, mencari tanda-tanda kemunculan tenda hijau Milo di antara kesibukan bazaar di waktu puncak, jam 4.30 sore. Ternyata jelalatan itu seru.

Keseruan ke tiga: takjil apa yang diburu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline