Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Aku Luruh pada Senyummu

Diperbarui: 11 Juni 2019   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi : pixabay

Hujan mengguruiku tentang gigil
saat angin mengabarkan ingin pada dingin
pertengkaran yang kita bangun
menghancurkan

ego yang kita tabur
menggugurkan
di antara remah dan keping kasih
kubutuh kehangatan dari secangkir cinta

membuatku terjaga, pada lukisan di jatuhnya latte
aku mengharu rupamu, saat saksepon memaksaku
menelepon

aku mendapat derai hujan
menyemai di suaramu yang basah
pada kerinduan yang selalu berpintu
jangan banting, katamu, karena waktu pulang

tak bisa dieja dengan angka dan kira
aku ingin pulang saat hujan semakin membesar
dingin melebar, seiring kenangan menggabung di gambar
betapa bodohnya melupakan sesuatu yang kelak dirindukan

mimpiku memeluk matamu
sebelum hujan berebut membasah
sebelum matahari menyalip, mengeringkan
biarkan aku mengusapnya dengan penuh cinta

karena aku hanya akan ada sebagai nada
semoga menjadi memory
ketika pertengkaran dan ego hanyalah lupa dari zat manusia

yang kerap alpa tanpa merasa berdosa
ijinkan aku berlabuh
pada senyummu aku luruh

(Palembang, 2019)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline