Lihat ke Halaman Asli

Ribut Achwandi

pengembara kata

Kerap Diabaikan, Padahal Penting Banget!

Diperbarui: 18 Agustus 2025   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembacaan puisi "Maghrib Tiba di Pintu Surga" karya Syu'bah Asa oleh MJA Nashir pada gelaran Sastra Purnama, Sabtu, 9/8/2025 (dok. Teater Kita)

Beberapa waktu lalu sejumlah kawan muda menghubungi saya melalui WhatsApp. Uniknya, pesan mereka seirama. Sama-sama menyampaikan sebuah pertanyaan tentang poin penting dari sebuah pembacaan puisi.

Sebelum menjawab, terlebih dahulu saya sampaikan rasa terima kasih kepada kawan-kawan muda yang sudah menyampaikan pertanyaan-pertanyaan itu kepada saya. Pertanyaan itu sangat berguna bagi saya, agar saya kembali belajar. Sehingga, membuat saya berupaya memahami apa yang menjadi masalah dalam pembacaan puisi, khususnya.

Saya juga merasa bersyukur, lewat pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, saya menangkap suatu kesan, bahwa ternyata membaca puisi masih diminati oleh kawan-kawan muda. Bahkan, bisa dibilang minat itu besar. Hanya, sejumlah kawan muda ada pula yang minder untuk membaca puisi. Katanya, tidak memiliki kemampuan untuk membaca puisi dengan baik.

Atas masalah yang terakhir itu, saya sampaikan, bahwa sesungguhnya siapa pun bisa membaca puisi. Tidak ada keharusan, bahwa seorang pembaca puisi itu mesti dengan gaya tertentu. Puisi boleh saja dibacakan dengan beragam ekspresi. Asal, dalam batas-batas etika yang berlaku. Mengapa? Ya, supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian.

Akan tetapi, jika menghendaki agar pembacaan puisi yang dilakukan itu baik, tentu dibutuhkan latihan secara sungguh-sungguh. Dimulai dengan mempelajari apa itu puisi, bagaimana proses penciptaan puisi, dan untuk apa puisi diciptakan. Apakah rumit untuk mempelajari itu semua? Sesungguhnya sangat memungkinkan untuk disederhanakan.

Memahami apa itu puisi bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Tidak harus seperti di bangku-bangku kuliah yang akan terus menguliti definisi puisi sampai pada hakikatnya. Begitu pula dengan mempelajari bagaimana proses penciptaan dan tujuan puisi dibuat.

Untuk permasalahan itu, saya akan sajikan dalam tulisan lain. Kali ini saya akan sajikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah disampaikan kepada saya. Yaitu, mengenai poin penting dalam pembacaan sebuah karya puisi.

Saat menjawab pertanyaan itu, saya sampaikan kepada kawan-kawan muda itu, bahwa poin penting di dalam pembacaan puisi adalah kemampuan memahami dan merasakan secara mendalam isi, pesan, suasana yang diciptakan puisi. Sehingga, puisi itu dibawakan dengan gaya yang ekspresif. Melalui cara itu seorang pembaca puisi akan melibatkan berbagai daya, termasuk makna, emosi, dan suasana yang hendak disampaikan puisi itu. Bila perlu, suasana yang hendak dikemukakan penyair lewat puisi itu. Kemampuan ini kerap disebut sebagai penghayatan.

Lalu, bagaimana cara kita agar dapat menghayati puisi yang akan kita bacakan? Hal paling mendasar untuk menemukan penghayatan itu adalah membaca teks puisi itu berulang-ulang. Selain membantu kita di dalam menghafal puisi, cara ini juga dimaksudkan agar kita menemukan pola permainan kata yang terdapat di dalam puisi.

Seperti kita ketahui, puisi disarati metafora. Maka, setelah kita menemukan pola permainan kata yang dirupakan dalam wujud metafora itu, pelan-pelan kita mulai mencoba memaknai setiap metafora tersebut. Kita singkap maksud dari metafora-metafora tersebut satu per satu.

Langkah ini tak hanya dilakukan sekali. Perlu berkali-kali dilakukan. Caranya, kita mesti terus mempertanyakan maksud-maksud yang kita temukan di balik metafora itu. Sebab, tidak menutup kemungkinan sebuah metafora yang dihadirkan puisi memiliki makna yang berlapis-lapis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline