ACEH BESAR, 10 Juni 2025 – Keindahan alam bawah laut Aceh, dengan pesisirnya yang kaya, menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa, termasuk populasi dugong (duyung), mamalia laut herbivora yang kini semakin terancam. Di tengah upaya konservasi yang terus digalakkan, "sapi laut" Aceh menghadapi tantangan berat, terutama dari kerusakan habitat dan interaksi tak sengaja dengan aktivitas nelayan.Meskipun data pasti mengenai jumlah dugong di perairan Aceh masih terbatas, keberadaan mereka telah lama tercatat di beberapa wilayah seperti Sabang, Aceh Besar, Simeulue, dan Aceh Jaya. Area-area ini dikenal memiliki padang lamun (seagrass) yang luas dan sehat, menjadi habitat krusial bagi dugong untuk mencari makan.
Padang Lamun Terancam, Dugong Terjepit
Ancaman terbesar bagi dugong di Aceh, seperti di wilayah lain, adalah degradasi habitat padang lamun.
"Pembangunan pesisir yang tidak terkontrol, sedimentasi dari kegiatan di darat, dan peningkatan suhu laut akibat perubahan iklim, semuanya memberi tekanan besar pada padang lamun kami," jelas Teuku Rahman, seorang pegiat lingkungan dari komunitas penyelamat biota laut di Aceh. "Jika lamun terus rusak, dugong tidak akan punya tempat untuk mencari makan, dan ini akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup mereka."
Beberapa nelayan di Aceh Besar juga melaporkan adanya dugong yang terjerat jaring ikan secara tidak sengaja. "Beberapa kali kami temukan dugong terjerat, untungnya bisa kami lepaskan," kata Pak Budi, seorang nelayan tradisional di Leupung. "Tapi tidak semua punya nasib baik. Kami tahu mereka dilindungi, dan kami ingin melestarikannya." Insiden seperti ini menunjukkan perlunya sosialisasi lebih lanjut mengenai pentingnya dugong dan cara-cara melepaskan mereka dengan aman jika terjerat.