Usia 30-an memang sering bikin kita berhenti sejenak, mikir,
"Apa ini yang mau saya jalani terus?"
Saya sendiri pernah ada di titik itu. Setelah bertahun-tahun kerja di korporasi swasta besar, lanjut di salah satu BUMN, rasanya rutinitas dan kenyamanan nggak bikin hati tenang.
Gaji oke, fasilitas lengkap, status aman, tapi tetap ada rasa nggak sreg. Akhirnya, saya memutuskan untuk beralih ke dunia freelance.
Langkahnya nggak gampang, jelas banyak risiko, tapi setiap tantangan ternyata memberi pelajaran berharga yang nggak bisa diukur dengan angka.
Keputusan yang Butuh Keberanian
Memutuskan pindah karir bukan untuk melarikan diri. Justru, untuk memilih jalan yang lebih cocok dengan nilai dan tujuan hidup.
Harvard Business Review menulis, keberanian mengambil risiko terukur, terutama dalam karir, adalah salah satu faktor utama pertumbuhan profesional dan kepuasan kerja (HBR, 2020).
Saya ingat betul saat memikirkan langkah ini. Banyak hal yang harus dipertimbangkan: skill tambahan, jaringan profesional, strategi finansial, sampai mental menghadapi ketidakpastian.
Ada cemasnya, tapi juga lega karena akhirnya bisa menentukan ritme sendiri. Rasanya seperti menemukan jalan yang selama ini sebenarnya saya cari.
Tantangan Pindah Karir
Pindah dari lingkungan yang stabil ke dunia freelance bukan hal sepele. Tantangannya nggak mudah: penghasilan lebih fluktuatif, harus membangun reputasi baru, dan adaptasi skill harus cepat.