Lihat ke Halaman Asli

Ratryana Dewi

Mahasiswi

Puisi | Pamit

Diperbarui: 22 Juli 2019   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Aku mengumpulkan seluruh ruhku, mengajaknya untuk membantukuberdiri.

Darahku sudah menganak sungai, mengalir terus ke hulu.

Air mataku bahkan sudah tak air bening lagi, sudah keruh kemerahmerahan.

Lantas bagaimana tulang belulangku? Beberapa sudah dijilati anjinghutan.

Hatiku? Hahaha.. bukankah sudah kau masak kemarin shubuh?

 

Jangan banyak bercakap wahai Tuanku

Ibarat kata, aku yang diam tapi justru aku yang dituding berteriak

Dulu-dulu kau damba-damba aku, kau timang-timang bak bayi merah

Sekarang kau kunyah aku layaknya danging asap

Wahai Tuanku yang budiman, apakah hatimu sudah kau jual? Hinggabelas kasihpun tak punya


Kali ini tak akan ku biarkan sisa dari diriku kau cabik-cabik lagi

Jikaku harus menyerangmu, aku tak punya daya

Kali ini kau menang, maka biarkan aku yang pulang

Pulang kemana aku bisa mengembalikan darah, tulang dan hatiku

Tak peduli seberapa sayatan dan jeritan yang telah kulayangkan

Aku pamit...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline