Lihat ke Halaman Asli

Ramanda Oktaviani

Mahasiswi universitas di jakarta

Kendala Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Daring pada Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 13 Desember 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Saat ini Indonesia tengah dihadapkan dengan Coronavirus Disease 2019 atau biasa disebut Covid-19 yang pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini dapat menular dengan cepat dan menyebar ke hampir semua negara. Hal ini membuat pemerintah mengambil kebijakan lockdown dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Presiden juga menyampaikan bahwa saatnya masyarakat bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah.

Kebijakan tersebut menyebabkan seluruh sekolah ditutup untuk sementara waktu dan membuat siswa harus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berbasis daring (dalam jaringan). Pembelajaran jarak jauh dilaksanakan pada Maret 2020, mengacu pada Surat Edaran Kemendikbud No. 04 tahun 2020, tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) adalah keputusan pembatalan ujian nasional (UN) tahun 2020 dan dilakukannya belajar dari rumah secara daring yang sumber dan media belajarnya melalui teknologi komunikasi dengan tujuan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19.

Pembelajaran jarak jauh berbasis daring menyebabkan siswa melakukan pembelajaran secara virtual dalam artian tidak bertatap langsung dengan para guru seperti sebelumnya. Dalam proses belajar, sekolah biasanya menggunakan aplikasi virtual meeting, seperti zoom dan google meet, bisa juga melalui media online seperti whatsapp, google form, google classroom dan jenis lainnya. Oleh karena itu guru dan siswa sangat memerlukan peralatan teknologi komunikasi seperti laptop dan smartphone, tentunya dibutuhkan juga kouta atau wifi agar proses belajar dan mengajar bisa berjalan dengan baik. Tetapi, hal ini dirasa belum efektif dan maksimal apabila diterapkan pada sekolah yang infrastrukturnya belum memadai.

Karena pembelajaran jarak jauh terpaksa diterapkan di Indonesia tanpa terencana dan persiapan, tentu menyebabkan beberapa kendala ataupun ketidaksesuaian dengan pembelajaran yang seharusnya. Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Supriyanto mengatakan, pandemi virus corona membuat hambatan belajar. Seluruh tempat tidak bisa belajar tatap muka di kelas, tapi harus belajar di rumah, memakai teknologi, menonton tv.

Beberapa anak sulit memahami materi yang disampaikan guru secara daring, karena tidak bisa berkomunikasi langsung dengan guru, walaupun kelas virtual diatur sesuai jadwal sekolah seperti sebelumnya. Tetapi, terkadang beberapa guru memilih cara praktis seperti langsung memberi tugas, tanpa memaparkan materi terlebih dahulu. Selain itu kemampuan yang terbatas dalam penguasaan IPTEK di kalangan pendidik atau guru, peserta didik pun kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran daring karena di rasa membosankan dan juga terdapat keterbatasan guru dalam mengontrol anak didiknya, tidak jarang pula peserta didik melakukan hal curang seperti mencontek, dan mendapat bocoran dari aplikasi diskusi, hal ini membuat penurunan moral terhadap penerus bangsa.

Pandemi Covid-19 ini telah memberi pelajaran seklaigus pengalaman baru  bagi para guru mengenai pentingnya penggunaan teknologi komunikasi dalam proses belajar. Dalam proses pembelajaran jarak jauh saat ini, guru dan siswa dipaksa untuk lebih melek terhadap teknologi dan mampu menggunakannya dalam kegiatan sekolah sehari-hari. Pembelajaran jarak jauh ini telah memaksa dunia pendidikan beradaptasi dengan teknologi komunikasi serta berbagai platform digital untuk mendukung proses pembelajaran (Pikiran Rakyat, 6 Juli 2020).

Orang tua juga merasakan kendala pembelajaran jarak jauh ini. Orang tua merasa kesulitan untuk mendampingi anaknya belajar dirumah, terutama bagi orang tua yang melakukan Work From Home (WFH), mereka harus bekerja sambil menemani anaknya belajar. Tentu tidak mudah, hal ini dikarenakan tugas sekolah anak memerlukan bantuan orang tua seperti membuat video, mendokumentasikan kegiatan sehari-hari dll. Selain itu, karena perbedaan latar belakang ekonomi keluarga, beberapa orang tua merasa terbebani dengan kouta internet untuk kegiatan pembelajaran dirumah, terlebih dengan fasilitas gawai yang belum memadai dan masih banyak pula daerah yang belum bisa menjangkau akses internet.

Beberapa solusi yang telah diberikan pemerintah terdapat beberapa peraturan yang jelas mengatur dan memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran jarak jauh dilaksanakan seperti Surat Edaran No.19 Tahun 2020 tentang perubahan atas peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler, fleksibilitas penggunaan dana BOS untuk mensubsidi kouta guru dan siswa merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam mengatasi mahalnya biaya kouta dalam rangka pembelajaran jarak jauh.

Untuk meminimalisir kendala pembelajaran jarak jauh ini, ada beberapa solusi, yaitu guru bisa mempersiapkan materi pembelajaran dengan semenarik mungkin seperti, materi dalam slide powerpoint, bisa juga dalam bentuk video pembelajaran agar peserta didik tidak merasa bosan. Guru dapat menggunakan teknologi yang lebih sederhana seperti aplikasi whatsapp. Namun, guru juga bisa mengikuti seminar terkait IT untuk meningkatkan kompetensinya dan juga bertanya kepada guru-guru lain yang mempunyai kemampuan lebih di bidang IT (Puspitasari dalam Kemendikbud, 2020).

Bagi para peserta didik yang belum mempunyai alat teknologi komunikasi bisa mengerjakan tugasnya secara manual, mengirimkan tugas ke sekolah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Apabila ada peserta didik yang kesulitan koneksi internet, peserta didik dapat meminta thethering kepada salah satu anggota keluarga. Jadi, akan hemat bila connect jika dibutuhkan saja.

Solusi permasalahan untuk orang tua yakni melakukan komunikasi dengan anaknya terkait pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini merupakan kesempatan untuk mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Lalu bisa, meminta bantuan wali kelas untuk membuat grup paguyuban orang tua agar dapat menginformasikan kemajuan belajar peserta didik yang diharapkan dapat memotivasi dan mendampingi anaknya yang kurang memperhatikan tugas dan tertinggal informasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline