Lihat ke Halaman Asli

Rahmadini

Mahasiswa

Bullying di Pesantren :Luka yang tak boleh Diabaikan

Diperbarui: 29 September 2025   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pesantren dikenal sebagai tempat menimba ilmu agama sekaligus membentuk akhlak yang mulia. Banyak orang tua mengirimkan anak-anak mereka ke pesantren dengan harapan mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sopan,dan lebih dekat dengan Allah. Namun, belakangan ini muncul keprihatinan yang mendalam, bullying masih marak terjadi di lingkungan pesantren. Ironisnya, kekerasan ini sering tersembunyi dibalik dalih "tradisi senioritas", atau "pembentukan mental".  
Menurut saya ini adalah masalah serius yang selama ini terlalu sering disikapi dengan  pengabaian. Alih- alih menjadi tempat yang aman dan mendidik, beberapa pesantren justru menjadi tempat dimana para santri junior mengalami tekanan fisik maupun psikis dari sesame santri, terutama dari mereka yang lebih senior. Kadang berupa perintah seenaknya, makian, atau bahkan kekerasan fisik. Ada juga yang lebih halus seperti mengucilkan, mengejek, atau menjatuhkan mental orang lain secara perlahan. Tapi efeknya? Tetap menyakitkan.
Yang lebih menyedihkan, sebagian pengasuh  atau guru terkadang menutup mata, bahkan membenarkan perilaku tersebut demi menjaga kedisiplinan atau hierarki. Bahkan bebrapa ustadz atau pengasuh terkadang menganggap ini sebagai proses pendewasaan, bukan kekerasan. Padahal kalua kita jujur, apapun bentuknya bullying tetaplah salah. Padahal dalam islam, tidak ada satu pun ajaran yang membenarkan penindasan atau kekerasan. Pesantren seharusnya menjadi tempat yang ramah, aman dan nyaman bagi siapa saja. Apalagi kita disini belajar agama.  Rasulullah sendiri memberikan tauladan yang luar biasa dalam memperlakukan sesama dengan kelembutan dan kasih sayang.
Bayangkan saja, ada santri yang dating jauh meninggalkan rumah dan keluarganya demi belajar agama. Tapi yang dia dapat justru tekanan, ejekan, bahkan kekerasan dari teman sendiri. Akhirnya mereka justru trauma, tidak betah, bahkan kehilangan semangat belajar, ini sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan pesantren itu sendiri.
Saya percaya bahwa pesantren bisa menjadi lingkuan yang benar- benar aman dan mendidik, tapi jika kita hanya berani mengakui bahwa bullying itu nyata dan harus diberantas. Pertama, kita butuh keterbukaan. Jangan lagi anggap bullying sebagai "aib" yang harus disembunyikan. Menutupi masalah hanya akan membuatnya membusuk
Kedua, sebiknya bagi pesantren membuat peraturan yang adil yakni sanksi tegas bagi para pekaku, perlindungan dan bimbingan bagi korban. Bukan sekedar hukuman fisik saja, tapi juga pembinaan karater, Karena pelaku bullying juga seringkali merupakan produk dari lingkungan yang keliru.
Ketiga, pembinaan akhlak tidak cukup hanya lewat ceramah. Harus ada tauladan yang nyata dari para pengasuh serta ustdazh atau ustadzah dalam membangun budaya saling menghormati, menyayangi, dan melindungi satu sama lain. Pesantren bukanlah tempat untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat, akan tetapi pesantren adalah tempat untuk tumbuh bersama dalam ilmu dan iman.
Keempat, santri senior harus menjadi contoh yang baik bukan malah sebagai penindas santri junior. Santri senior memiliki tanggung jawab besar. Yakni menjadi panutan yang baik. Jika memang santri senior dulunya pernah dibully oleh seniornya,bukan berarti kamu harus membalas ke generasi setelahmu. Justru kamu bisa menjadi titik perubahan, kamu bisa bilang, " saya tidak mau adik kelas saya merasakan hal yang sama."
Kelima, pengasuh dan ustadznya harus lebih peka. Terkadang bullying terjadi diam-diam, dan korban takut bicara. Disinilah peran pengasuh dan ustadz sangat penting. Harus lebih peka, lebih mendengar, dan lebih terbuka. Jangan anggap laporan santri sebagai "drama" atau "mengadu". Mungkin dibalik certa itu, ada luka yang sebenarnya sudah lama dipendam.
Bullying di pesantren bukan hal yang bisa dibiarkan. Jangan tutupi dengan alasan "sudah biasa" atau "tradisi pondok". Karena setiap santri punya hak untuk merasa aman dan dihargai. Dan kita semua sebagai santri baik junior, senior, ustadzah,pengasuh,bahkan alumni itu memiliki peran untuk menciptakan lingkungan pesantren yang lebih sehat dan lebih islami.
Ingat, pesantren bukan tempat untuk menunjukkan siapa yang paling berkuasa. Melainkan tempat untuk belajar, tumbuh,dan  emnjadi manusia yang lebih baik. Marilah kita ciptakan pesantren yang tidak hanya kuat dalam ilmu, tapi juga kuat dalam akhlak dan kasih sayang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline