Lihat ke Halaman Asli

Ragile (Agil)

seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

Milos, Z, & Kawanan Beru

Diperbarui: 2 Juni 2016   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(by Loganue Saputra Jr.)

1.

Rasi bintang orion terlihat jelas di langit malam itu, demikian juga dengan suara deru gelombang yang menyeret perahu ke tepi pantai gelap. Milos berbaring di dalam perahu kayu tadi, menumpu kepalanya dengan kedua tangan kurus terlindung oleh lengan baju panjang yang dikenakannya. Itu adalah baju kesukaannya, Kos lengan panjang berwarna merah hati dengan gambar kucing oren loreng macam harimau.

Saat ujung perahu menyentuh pantai, Milos bangkit. Sepoy angin menjamah dirinya bagai ucapan selamat datang. Sekitar remang-remang, rembulan purnama menggantung di puncak langit, cahayanya yang menimpa air laut, tenggelam mencipta semburat berkilauan mirip permata.

Ia turun dari perahu, meloncat ke atas pasir putih yang menyambut kaki telanjang tanpa alas kaki, kemudian dengan sedikit keraguan, ditariknya perahu tadi hingga separuh lambung perahu terangkat ke atas pasir. Ia sendiri tak percaya dengan kemampuannya menarik perahu, sebab perahu itu terlalu besar untuk tubuhnya yang kurus dan baru berusia 7 tahun.

“Ini Ajaib,” ucapnya pelan. Namun ketika ia melihat lagi kesekitar, ia malah berpikir. Bahkan bisa sampai ke tempat ini pun jauh lebih ajaib.

Seingatnya, ia baru saja masuk ke kamar setelah dimarahi oleh Ibunya karena terlalu larut malam bermain video game,berbaring di balik selimut dengan perasaan kesal, tertidur dan tanpa pertanda apa pun tiba-tiba berada di dalam perahu yang terapung di tengah laut.

Tapi tempat ini bukan asing bagi Milos, ia merasa akrab, merasa sudah sangat mengenalnya, mengunjunginya, walau ia lupa kapan ingatan itu pernah ada. Dan jelas ini adalah dunia di balik alam sadarnya.

Langkah kakinya menuju daratan, ke arah pepohonan kelapa yang melambai ditiup angin. Langkah itu hanya sempat tercipta beberapa tapak, sebab di tengah pasir sesuatu tiba-tiba saja bergerak, mencuat, bercahaya. Seekor binatang pipih, berekor runcing dengan dua sayap pendek yang menyatu ke badan, dan yang paling aneh, binatang itu menyala bagaikan kawanan plangton ketika tersentuh riak gelombang.

Seekor pari, ikan pari di daratan, perlahan melayang, terbang dengan mengepakkan sayap macam berenang di dalam air. Pari terbang.Milos malah berlari mengahmpiri penuh semangat dan ekspresi tidak percaya. Ia meloncat ingin menangkap ekor pari terbang tadi, namun yang tergenggam hanya udara malam, sebab pari terbang tadi sudah duluan meluncur ke depan, ke dalam hutan rindang di balik pepohonan kelapa.

Milos duduk di atas pasir sambil menatap pari terbang yang semakin menjauh. Apa bisa ditunggangi? Pikirnya terasa mustahil. Namun tak sempat bangkit, sesuatu bergerak dari bawah pasir, seekor pari muncul tepat di bawah pantatnya, melayang, membawanya meluncur ke dalam hutan. Milos berpegangan pada tanduk kecil yang tumbuh di bagian depan pari tadi, tanduk tadi berfungsi sebagai setir untuknya mengarahkan kemana pari akan bergerak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline