Lihat ke Halaman Asli

Rafli Syahrizal

Mahasiswa Sastra Indonesia, UI

Suman HS: Sastrawan, Pendidik, dan Pejuang Sejati

Diperbarui: 28 April 2021   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: :Lontar Foundation

Suman HS., namanya mungkin tidak begitu dikenal oleh khalayak umum maupun khalayak sastra. Banyak gelar dapat disematkan kepada dirinya, mulai dari sastrawan, budayawan, pendidik, hingga pejuang. Walaupun secara nasional Suman HS., tidak begitu dikenal, namun di tanah kelahirannya, Riau, ia menjadi inspirasi bagi masyarakat Riau. Bahkan, namanya diabadikan sebagai nama perpustakaan provinsi di Riau, salah satu perpustakaan terbesar “Perpustakaan Suman HS.”

Selayang Pandang Suman HS.

Suman HS., memiliki nama lengkap Suman Hasibuan. Ia lahir di Bengkalis, Riau pada 04 April 1904. Suman lahir dari pasangan Wahid dan Turumun Lubis. Ayahnya, Wahid adalah keturuna Raja Mandailing. Walaupun lahir di Riau, namun darah Tapanuli mengalir dalam diri Suman HS. Nama akhirnya, HS adalah nama pena yang terkesan disingkat, di balik itu ada cerita menarik. Suman tidak ingin menggunakan nama klan Hasibuan di Bengkalis, ia sangat menghormati orang Melayu. Oleh sebab itu untuk menyamarkannya ia selalu menyingkat nama akhirnya menjadi HS. 

Suman HS., masuk ke dalam kelompok sastrawan Balai Pustaka, bersanding dengan nama-nama besar lainnya, seperti Muhammad Yamin, Merari Siregar, Marah Roesli, dan Abdul Muis. Karya-karyanya banyak dihasilkan sebelum kelahiran Pujangga Baru (1933), di antaranya 1) Kasih Tak Terlerai, Balai Pustaka, (novel, 1930), 2) Mencari Pencuri Anak Perawan, Balai Pustaka, (novel, 1932), 3) Percobaan Setia, Balai Pustaka, (novel, 1932), 4) Kawan Bergelut, Balai Pustaka, (kumpulan cerpen, 1938, dan (5) Tebusan Darah, Balai Pustaka, (novel, 1939).

Sebagai seorang sastrawan, Suman HS., dikenal dengan julukan pionir kisah detektif. Ia adalah pelopor cerpen detektif, karyanya itu terhimpun dalam buku Kawan Bergelut. Selain cerita-cerita detektif, Suman juga produktif melahirkan karya-karya humor. Dalam Kawan Bergelut, Suman memasukkan banyak sekali unsur humor. 

Eka Budianta dalam film dokumenter tentang Suman HS., (1994) menyebutkan bahwa Suman HS., tidak banyak menghasilkan karya berupa cerpen. Karyanya pun tidak terlalu populer dan tidak fenomenal. Akan tetapi, kehadiran Suman HS., yang membawa warna baru— menghadirkan cerita-cerita detektif dalam khazanah kesusastraan Indonesia—tidak dapat dikesampingkan. Sebab Suman HS., menjadi pelukis sejarah sebagai pelopor penulis humor dan fiksi detektif, bahkan Eka menyematkan suatu gelar kepada Suman HS., yakni Bapak cerita humor dan detektif Indonesia.

Dalam film dokumenter yang disutradarai oleh Arswendy itu (1994), Eka menjelaskan bahwa dalam karya Suman HS., Kasih Tak Terlarai menunjukkan karya Suman merupakan lomapatan sastra dari romantik menjadi realistik. Terlebih lagi dalam karyanya yang berjudul Percobaan Setia terlihat sangat realis. Kisah perjalanan Suman HS., yang terlihat senyap di kalangan khalayak umum saat ini, membuat beberapa pertanyaan terbesit, bagaimana Suman HS., dapat menciptakan cerita-cerita detektif? Mengapa banyak gelar disematkan kepadanya, mulai dari sastrawan, bahasawaan, pendidik, bahkan pejuang? Lalu, apa kontribusi besar Suman HS bagi kehidupan bangsa Indonesia?

Suman HS: Antara Humor dan Kisah Detektif

Suman HS., sudah mengenal sastra sejak usianya masih belia. Semua bermula ketika ia masih bersekolah di Sekolah Melayu. Suman menjadi anomali saat itu. Mengapa anomali? Di saat teman-teman sebayanya, mungkin berlarian bermain bola, ia malah sibuk membolak-balik buku. Dalam film dokumenter yang menayangkan biografi singkat Suman HS., dirinya mengatakan bahwa ketika itu Sekolah-Sekolah Melayu menyediakan fasilitas taman baca atas perintah pemerintah. Ketika itu buku boleh dibawa pulang dengan sistem sewa. Fasilitas itu tidak di sia-siakan oleh Suman, ia hampir membaca semua buku yang disediakan, termasuk buku-buku terjemahan dari luar.

Fasilitas taman baca yang ada di sekolahnya, belum membuat Suman HS., puas. Ia membutuhkan buku bacaan yang lebih banyak. Sebagai keluarga saudagar, rumah keluarga Suman saat itu sering didatangi saudagar kaya, rekan kerja dari ayahnya. Ia seringkali memberanikan diri untuk ikut duduk dan mendengarkan pembicaraan itu. Berawal dari sini, Suman banyak mendapatkan inspirasi tentang negeri Singapura dan bagaimana kejahatan-kejahatan mafia digambarkan. Hal itu yang membuat Suman terinspirasi untuk menciptakan cerita-cerita detektif. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline