Lihat ke Halaman Asli

Secangkir Kopi

Diperbarui: 13 September 2025   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ternyata yang selama ini kuseruput bukanlah secangkir kopi,

Namun darah yang tak henti menetes dari sepotong hati

Dan kini ku telah sadar,

Aku hanya meminum semprotan muntah

Yang disediakan semesta untuku,

Yang tergenang di kubangan tanah itu

Yang menyadarkanku bahwa aku lebih buruk dari para pelacur di malam minggu

Karena aku tak mampu menguyah ilmu

Karena aku tak mampu menelan rasa ingin tahu

Dan akupun mungkin hanya seekor murid yang di benci guru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline