Lihat ke Halaman Asli

HIPPII JawaBarat

Perawat Pengendali Infeksi

Multimodal Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan Tangan

Diperbarui: 22 Maret 2024   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Rumah Sakit memiliki resiko tinggi terhadap penularan infeksi terkait perawatan kesehatan yang  berdampak pada keselamatan dan kesehatan petugas, pasien, pengunjung dan lingkungannya. Salah satu  cara mencegah resiko penularan infeksi adalah dengan cara menerapkan kepatuhan hand hygiene. Hand  hygiene merupakan upaya paling efektif dalam pencegahan infeksi terkait perawatan kesehatan. Pencegahan penularan infeksi di Rumah Sakit dapat terwujud dengan baik bila petugas kesehatan memiliki  tingkat kepatuhan hand hygiene sesuai dengan standar.  

Kepatuhan petugas kesehatan masih merupakan tantangan dalam pencegahan dan pengendalian  infeksi. Kepatuhan hand hygiene di seluruh dunia, berkisar antara 40% dan 50% (An & Yang, 2020). Sebuah studi menyatakan bahwa rata-rata kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene di  Saudi Arabia sebesar 42,4%, di Ethiopia 14,9% dan di Amerika dibawah 50%. Sedangkan rata-rata  kepatuhan petugas kesehatan di beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam 31%, Philipina 11% dan  Indonesia 36%. Data tersebut menunjukan masih rendahnya tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap  protokol hand hygiene (Ece et al., 2021) 

Kepatuhan hand hygiene yang rendah merupakan salah satu penyebab terjadinya HAIs  (Healthcare Associated Infection). HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di  Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas Rumah Sakit dan  tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2017).  

Berdasarkan data WHO (Word Health Organization), infeksi terkait pelayanan kesehatan di  negara maju mencapai 5%-15% di ruang rawat inap dan 9%-37% di ruang intensif, dan menyebabkan  kematian sekitar 12%-80% (WHO, 2009). Menurut J. M. Gould & Coffin (2018) bahwa angka kejadian  infeksi terkait perawatan kesehatan sekitar 1 dari 25 pasien di Rumah Sakit setiap tahunnya. Sedangkan di  Indonesia sendiri angka kejadian HAIs mencapai 6-16% dengan rerata 9,8% yang diperoleh dari 10 RSU  pendidikan yang mengadakan surveilans aktif (Ditjen pelayanan Kesehatan, 2017). 

Secara prinsip kejadian HAIs dapat diminimalisir dan dicegah dengan komitmen untuk patuh  terhadap standar dan konsisten dalam melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi. Panduan yang telah dikeluarkan oleh WHO bahwa terdapat 6 langkah cara melakukan hand hygiene dan 5  indikasi hand hygiene yang terdiri dari: 1) sebelum kontak dengan pasien, 2) sebelum tindakan aseptik, 3)  setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, 4) setelah kontak dengan pasien dan 5) setelah kontak dengan  lingkungan pasien (Kemenkes RI, 2017). 

WHO telah merancang strategi untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene yaitu dengan  Multimodal Hand Hygiene yang terdiri dari lima komponen diantaranya: 1) perubahan sistem, 2)  pendidikan dan pelatihan, 3) observasi dan umpan balik, 4) pengingat di ruangan tempat kerja dan 5) iklim  keselamatan institusi (Ben Fredj et al., 2020). 

Perubahan sistem memastikan terhadap kelengkapan fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan  hand hygiene. Elemen penting dalam perubahan sistem ini mencakup akses air bersih, sabun dan handuk 

sekali pakai atau tisu, kemudian akses untuk handrub. Praktik hand hygiene sangat memungkinkan untuk  dilakukan jika fasilitasnya memadai. Adanya sarana prasarana hand hygiene yang mendukung dapat  meningkatkan kepatuhan hand hygiene. 

Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor penentu keberhasilan untuk meningkatkan kepatuhan  hand hygiene. Pelatihan pentingnya kebersihan tangan memastikan keselamatan pasien, dan membawa  kepada perilaku penerapan secara nyata. Pelatihan kebersihan tangan merupakan fungsi pengarahan dari  manajemen, sehingga hal ini dapat diberikan dengan memberikan motivasi kepada petugas kesehatan.  

Evaluasi dan umpan balik merupakan komponen penting dari kegiatan promosi kesehatan yang  harus dilakukan dengan baik. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat keberlangsungan perilaku yang  diharapkan. Evaluasi bisa dilakukan dengan observasi langsung kepatuhan terkait hand hygiene, fasilitas hand hygiene, pengetahuan tentang hand hygiene dan HAIs, pesepsi tentang hand hygiene dan HAIs.  Pemantauan secara berkala berbagai indikator sebagai langkah penting mengidentifikasi dan memberikan  informasi untuk melakukan perencanaan selanjutnya. 

Pengingat di tempat kerja sebagai sarana untuk menginformasikan kepada petugas, pasien,  pengunjung tentang praktik hand hygiene. Pengingat dapat berupa poster atau brosur dengan tujuan untuk  memicu dan mengingatkan untuk selalu melakukan hand hygiene. Selain itu untuk pengingat di tempat  kerja dapat berupa media cetak lainnya seperti leaflet, booklet, rubik. Media elektronik dapat berupa  penyampaian melalui televisi, radio atau internet lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline