Era disrupsi adalah masa di mana inovasi yang luar biasa menghasilkan perubahan besar yang mengubah sistem dan tatanan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Sederhananya, disrupsi dapat dipahami sebagai fenomenanya, dan era disrupsi adalah zaman atau masanya. Sektor pendidikan telah mengalami era disrupsi sejak awal pandemi, yang berpotensi mengancam kualitas pendidikan dan dampak jangka panjangnya. Karena itu, pemerintah melakukan berbagai inovasi untuk tetap memberikan pendidikan yang efektif kepada semua siswa dan guru.
Untuk menjadi guru yang efektif, pembelajaran digital menjadi tantangan tersendiri. Media sosial yang menjadi primadona zaman, kehidupan berbasis digital, kebebasan untuk mendapatkan informasi, dan nuansa ketakpastian semuanya menjadi pekerjaan rumah bagi generasi mendatang. Pendidik harus berinovasi dalam metode pembelajaran mereka dan menguasai teknologi selain menumbuhkan potensi peserta didik yang sesuai dengan fitrah mereka dan menginternalisasikan moralitas kepada peserta didik melalui pendekatan yang sesuai dengan zaman dan lingkungan mereka.
Pengembangan diri dan inovasi adalah cara terbaik untuk pendidik di era disrupsi. Pembaruan dan inovasi adalah kuncinya. Pembaruan pembelajaran pasti dapat. Menggunakan LKS dan penugasan adalah cara lain untuk mengajar. Pendidik harus memulai mengubah cara mereka mengajar, menguasai teknologi dan menjadi pemain utama dalam dunia media sosial yang terhubung langsung dengan siswa mereka.
Media sosial harus digunakan oleh pendidik sebagai alat pendidikan yang memiliki kekuatan kultural untuk menciptakan nuansa belajar yang menarik dan menanamkan budi pekerti bagi siswa. Akan sangat sulit bagi pendidik untuk membuat konten edukatif di media sosial sekaligus membuat nilai moral menjadi mudah diakses oleh siswa. Ini adalah tantangan terbesar bagi guru dalam menghadapi siswa yang berperilaku secara global di era disrupsi.
Perencanaan yang cermat dan efektif pasti diperlukan untuk membuat perubahan sistem pendidikan sekolah. Untuk menghadapi era disrupsi pendidikan, untuk menghadapi era disrupsi ini yaitu
Pertama, Peka Terhadap Informasi Terbaru. Sekolah harus peka terhadap informasi terbaru untuk menghadapi era disrupsi pendidikan. Anda dapat melibatkan guru untuk bergabung dengan komunitas atau mengikuti pelatihan guru untuk mengetahui perkembangan dunia pendidikan dan inovasi terbaru yang mungkin diterapkan di sekolah.
Kedua, dapat menciptakan inovasi yang baru. Guru harus siap memberikan inovasi terbaru dan berani menerapkannya di sekolah atau bahkan digunakan sebagai bahan penelitian oleh guru lain di Indonesia. Sekolah Anda mungkin menjadi contoh bagi sekolah lain dengan melakukan inovasi pendidikan yang efektif dan berpengaruh.
Ketiga, melakukan Kolaborasi. Dalam pembuatan inovasi pendidikan, jelas tidak mungkin untuk melakukannya sendiri. Sekolah dapat mendorong kerja sama antara guru, murid, dan bahkan orang tua murid untuk menghasilkan inovasi pendidikan yang baik dan berhasil. Salah satu contohnya adalah memasukkan seni budaya ke dalam proses pendidikan matematika untuk membuat pelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan menyenangkan. atau dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam penelitian ilmiah dan menikmati proses penelitian bersama orang tua mereka.
Dan Keempat,Ubah Pola Pikir. Pola pikir dalam menghadapi era disrupsi pendidikan ini kerap kali mengambil kapasitas seseorang dalam mengambil kesimpulan dan memecahkan permasalahan. Sehingga ketika ada perubahan sistem pendidikan, guru-guru tidak mau mengikuti dan masih menggunakan cara lama untuk mengajar. Oleh karena itu, mengubah pola pikir mengikuti perkembangan zaman sangatlah penting.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI