Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Merindukan Desahan Magrib

Diperbarui: 22 Mei 2019   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

favim.com

Menunggu, tapi aku tak hanya diam dari tidak mengingat-ingatmu. barangkali pengaruh lesu saat ini aku lantas berkata 'aku butuh kamu'.

Sesekali boleh kan? aku membayangkan wajah senjamu, daripada aku terbaring manis merutuki sengatan matahari yang semakin dahagakan sabarku.

Menunggu, tapi aku tak hanya melulu duduk di bangku halte kamar seharian demi bisa menemui datangmu, barangkali pengaruh lelah saat ini aku lantas berkata 'aku ingin segera betemu denganmu'.

Sesekali boleh kan? aku merindukan desahan maghribmu, daripada aku berdiri tegak menuduh embun pagi telah bersekongkol dengan jam dinding tengah berniat jahat terhadapku.

Menunggu, aku seharian menunggu-nunggu sajak petangmu tiba; Melucuti ambang batas merindu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline