Lihat ke Halaman Asli

Putri SyarifahHanum

Universitas Airlangga

Keunikan Pemakaman Suku Toraja "Rambu Solo"

Diperbarui: 15 Juni 2022   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda, seperti adanya upacara kelahiran bayi, pernikahan hingga kematian. Salah satunya terdapat pada Suku Toraja, Sulawesi Selatan yaitu upacara adat Rambu Solo. Rambu Solo merupakan upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Toraja untuk menghormati roh jenazah tersebut. Rambu Solo meliputi beberapa rangkaian prosesi yaitu pamilangan, penganginan, pabalunan, lamunan ropi, pasurasan, papaturunan, pabatangan, pebabaran, alosala, dan pelamunan.

Di daerah Manipi masih melestarikan adat istiadat Rambu Solo ini. Ketika salah satu anggota keluarga telah dinyatakan meninggal, jasadnya diletakkan diatas rumah selama kurang lebih 9 bulan. Saat jenazah diletakkan diatas rumah dianggap belum meninggal tetapi dianggap tertidur sehingga masih dilayani seperti orang hidup diberi makan, diberi kopi hingga prosesi rambu solo awal yang disebut pamilangan. 

Hari berikutnya ada prosesi penganginan, penganginan yang dimaksud yaitu membuka peti yang digunakan kemudian jenazah dikeluarkan dari peti (istilahnya diangin-anginkan) selama satu hari. Setelah penganginan terdapat prosesi pebalunan dihari yang sama, dilakukan pada malam hari. Pebalunan merupakan prosesi membungkus jenazah dengan berbagai macam jenis bungkusan sampai membentuk bulatan sempurna dengan diakhiri kain merah, peti yang dipakai menyimpan jenazah diatas rumah dibawa ke suatu tempat dan dilakukan prosesi lamunan ropi. 

Lamunan ropi adalah penguburan peti yang telah digunakan manaruh jenazah selama 9 bulan lalu.  Setelah peti tersebut dikuburkan anak-anak dan cucu-cucu menanam pohon disitu dan kepercayaan mereka pohon yang tumbuh dengan subur  maka orang yang menanamnya akan mendapatkan rezeki yang melimpah. Peti yang dikuburkan sebagai simbol kuburan, yang dianggap tubuhnya dikuburkan, sedangkan yang dibungkus adalah tulang yang akan disimpan di sebuah tempat.

Pada prosesi pebalunan ketika ditutup pertama kali terjadi tangis yang pecah dan pada saat itu adalah masa terakhir duka, setelah itu duka harus berganti dengan suka jadi pada prosesi pabalunan sudah mulai tertawa sambil tarik-tarikan. Proses terakhir pabalunan adalah jenazah tersebut dibungkus dengan cara ditarik agar kencang setelah barang dimasukkan seperti jas, baju, dan lainnya, kemudian dibuat tali yang ditarik ramai-ramai sambil bercanda dan tertawa-tawa. Setiap malam akan ada badong, badong adalah senandung duka laki-laki karena laki-laki dianggap tidak mudah menangis seperti umumnya perempuan. 

Selanjutnya ada prosesi pasurasan, pasurasan adalah mengukir balun (jenazah yang sudah dibungkus). Setelah kain merah diatasnya ditempel jenis ukiran tertentu dengan ukiran berwarna emas. Setelah pebalunan dan diukir dilanjutkan dengan prosesi papaturunan, papaturunan merupakan menurunkan jenazah dari rumah ke satu tempat yang disebut tado paya. Jenazah akan diantar dengan iring-iringan yang didepannya ada sekitar 8 kerbau dari anaknya yang memimpin rombongan, kemudian ada rombongan pengiring dengan musiknya, dan setelah itu mobil yang membawa jenazah. 

Setelah itu diantar untuk papaturunan sebelum itu dibawa di sebuah tempat terbuka dengan uji coba adu kerbau (kerbau terbesar). Papaturunan merupakan peletakkan jenazah pada paya selama 3 hari. Dilanjutkan patondokan, patondokkan merupakan penerimaan tamu dari keluarga dan orang-orang kampung. Mereka datang dengan tujuan membantu acara hingga selesai. Pada prosesi tersebut terdapat adu pantun yang disebut dengan singgih. Setelah patondokkan terdapat prosesi pabatangan, pabatangan merupakan penerimaan tamu dari tamu manapun, seperti bupati dan gubernur. 

Setelah pebatangan terdapat prosesi pebabaran, pebabaran merupakan acara puncak karena kerbau-kerbau dipotong, sebelum pebabaran terdapat adu kerbau yang sebagai hiburan masyarakat yang disebut mapasitanduk tedong. Setelah mapasitanduk tedong kerbau-kerbau yang ada digiring ke tempat penjagalan yang disebut simbuangan. Uniknya kerbau-kerbau nanti tidak dipotong dibagian leher tetapi ditombak. 

Prosesi alosala merupakan kesepakatan keluarga mau disimpan dimana jenazah tersebut. Kemudian ada pelamunan, pelamunan merupakan pengantaran jenazah ke peristirahatan terakhir seperti bangunan yang berbentuk apa saja yang disebut alang-alang, disanalah kuburan keluarga. Terdapat hal unik pada saat pengantaran jenazah itu diarak dengan kebiasaan masyarakat yaitu mereka saling siram air atau siram lumpur yang disebut dengan sibora. Pada kebiasaan tersebut diibaratkan dengan bersuka cita melepas duka selama prosesi Rambu Solo.

Menurut saya keunikannya berada pada prosesi pebalunan, dimana prosesi tersebut sang jenazah dibungkus oleh banyak kain hingga berbentuk seperti guling dan baju-baju yang dipakai selama hidup ikut dimasukkan dalam gulungannya. Kemudian saat prosesi mapasitanduk tedong setelah berduka kemudian mereka bersuka cita dengan cara adu kerbau, di mana kerbau terkuat saling diadu dan masyarakat menjadikan hal tersebut sebagai hiburan, pada saat terjadi masyarakat sekitar yang melihat terus berhati-hati, jika tidak berhati-hati takutnya tertabrak kerbau ataupun terinjak. Ada juga sibora, pada kebiasaan ini juga diibaratkan sebagai bersuka cita melepas duka selama prosesi Rambu Solo. 

Upacara tradisional, sebagai ritual kolektif, memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup kolektif masyarakat adat. Oleh karena itu, generasi muda dituntut untuk sadar akan kekayaan budayanya dan memiliki pandangan moral dan etika yang mengedepankan kebersamaan dan gotong royong, empati kemanusiaan, kerukunan, dan toleransi dalam keberagaman, serta menjunjung tinggi keberadaan dan keberlangsungan alam tempat tinggal mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline