Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Mencari Motif Teror di London Bridge dan Indonesia

Diperbarui: 2 Desember 2019   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: tim Densus 88 Antiteror Polri. (Foto: KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)

Aksi teror di London Bridge berupa penusukan yang menewaskan dua orang dan melukai lima orang pada Jumat (29/11/2019) sekitar pukul 14.00 waktu setempat menjadi berita dunia.

Serangan dilakukan oleh Usman Khan (28), disebut polisi Inggris sebagai teroris. "Pelaku yang ditembak mati oleh polisi pernah dihukum pada 2012 karena pelanggaran terorisme. Dia dibebaskan dari penjara pada Desember 2018 dengan beberapa persyaratan," kata Asisten Komisaris Neil Basu.

Peristiwa berdarah dan mematikan di London Bridge juga pernah terjadi dua tahun lalu, pada Juni 2017. Tiga orang menggunakan mobil van menabrak pejalan kaki di London Bridge dan kemudian menikam orang-orang yang berada di dekat jembatan.

Delapan orang tewas dan sekitar 48 orang terluka. Organisasi teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa itu dan menyebut ketiga orang pelaku sebagai milisinya.

Kasus penusukan serupa terjadi di Indonesia terhadap Menko Polhukam Wiranto di Banten pada Kamis (10/10) di wilayah Menes, Pandeglang, Banten.

Ia diserang oleh dua orang pelaku masing-masing berinisial SA dan FA menggunakan senjata tajam kunai, sejenis pisau kecil. Akibat serangan itu, Wiranto mengalami luka tusuk yang cukup serius hingga harus dirujuk ke RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) .

Serangan dengan pisau merupakan variasi teror yang dilakukan perorangan, disamping bom bunuh diri. Serangan pisau lebih sulit diperkirakan, tetapi tetap memunculkan efek rasa takut yang besar.

Selain aksi teror pisau di Indonesia, pada bulan November 2019, terjadi aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan. Perbedaannya, teror di Indonesia target dipilih pejabat pemerintah dan kantor polisi, sementara di Inggris target masyarakat tetapi lokasi terkenal dipilih seperti London Bridge, menjadikan aksi teror viral.

Menurut sumber tertutup, setelah pentolan teroris asal Indonesia Bahrun Naim beberapa bulan lalu tewas diserang drones AS (USAF), disusul tewasnya Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi tanggal 26 Oktober 2019 diserang pasukan khusus AD AS (Delta Force).

Abdullah Qardash yang dikenal juga sebagai Haji Abdullah al-Afari, disebut ditunjuk Al-Baghdadi sendiri pada Agustus 2019, sebagai penggantinya sebelum dirinya sendiri tewas dan berita tersebut disebar luaskan media ISIS, Amaq.

Antara bulan Oktober-November 2019 terjadi penangkapan beberapa terduga teroris di Sumateta dan Jawa, dan disusul aksi serangan ke Menko Polhukam Wiranto serta terjadinya suicide bombing di Polres Medan, ini memunculkan pertanyaan intelijen (UUK), apakah teroris mulai menggeliat dan akan kembali beraksi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline