Betulkah Indonesia sudah kekurangan lahan pertanian produktif dan kekurangan jumlah petani, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hasil produk pertanian, Indonesia lebih membutuhkan sistem pertanian yang cerdas daripada lebih banyak petani? Ada artikel yang terbit di Jakarta Post pada tanggal 2 Juni 2025, yang akan Penulis kupas di bawah ini, dan juga Penulis akan mencoba mengulas hal-hal lain untuk menggenapinya.
Indonesia Lebih Membutuhkan Sistem Pertanian Cerdas, Bukan Lebih Banyak Petani
Artikel opini "Indonesia Needs Smarter Farming, Not More Farmers" yang diterbitkan oleh The Jakarta Post pada 2 Juni 2025, muncul sebagai respons terhadap berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia.
Dengan populasi yang terus bertambah dan kebutuhan pangan yang meningkat, Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa sektor pertaniannya masih didominasi oleh metode tradisional dan kurangnya adopsi teknologi modern.
Artikel ini bertujuan untuk menyoroti perlunya transformasi dalam pendekatan pertanian, dengan menekankan pentingnya pertanian cerdas dibandingkan sekadar menambah jumlah petani.
Tantangan Sektor Pertanian Indonesia
Sektor pertanian Indonesia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penurunan jumlah petani muda hingga rendahnya produktivitas lahan. Data menunjukkan bahwa rata-rata usia petani Indonesia adalah 55 tahun, dengan hanya 2,14% dari Generasi Z yang terlibat dalam sektor pertanian.
Selain itu, penggunaan teknologi pertanian yang tertinggal menyebabkan produktivitas yang rendah; misalnya, satu hektar lahan di Indonesia hanya menghasilkan sekitar 5 ton beras, sedangkan negara-negara dengan teknologi maju dapat menghasilkan hingga 15 ton beras per hektar.
Mengapa Pertanian Cerdas (Smart Farming) Diperlukan?
Pertanian cerdas melibatkan penggunaan teknologi modern seperti pertanian presisi, sistem irigasi pintar, dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.