Lihat ke Halaman Asli

POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR

Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Mengajar dengan Kreatif

Diperbarui: 16 Januari 2020   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Salah satu permasalahan Guru yang sering disampaikan dalam sesi training para Guru adalah menjelaskan materi dengan tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Hal ini sebenarnya adalah masalah yang wajar karena pada dasarnya kemampuan, karakter, dan potensi dari setiap anak pastilah berbeda-beda. 

Jangankan di sekolah tingkat dasar dan menengah, di sekolah kedinasanpun yang notabene sudah di seleksi dengan sangat ketat tentunya kemampuannya tidaklah mungkin sama. 

Perbedaan tersebut tentunya harus benar-benar disadari oleh Guru dan karena itulah dibutuhkan kreativitas dari seorang Guru dalam memfasilitasi perbedaan dari setiap peserta didiknya. 

Guru memiliki beraneka ragam cara untuk mengajar dengan kreatif tergantung sejauh mana Guru tersebut mampu menyusun desain instructional proses pembelajaran supaya menarik, menyenangkan dan tujuan pembelajaran tercapai terlebih dunia Pendidikan kita saat ini memberikan kesempatan yang sangat luas bagi pada pendidik (Guru) untuk mengembangkan proses pembelajarannya sesuai dengan program Kemendikbud yaitu merdeka belajar. 

Berikut ini beberapa masukan dari penulis untuk mengajar dengan kreatif: 

dokpri

Variasikan Metode Pembelajaran. Ada seribu satu macam metode belajar kreatif di kelas, jangan lagi hanya menggunakan satu metode saja dan sebisa mungkin hindari metode belajar ceramah karena metode ini sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia Pendidikan kita saat ini. 

Cari metode belajar yang dapat membuat aktif untuk berpikir. Berikan mereka kasus untuk mereka selesaikan seperti dalam metode challenge base learning (CBL), Problem base learning, Project Base Learning ataupun metode lain yang memacu anak untuk aktif dalam memenuhi pengetahuan yang mereka butuhkan.

Instruksi yang berbeda. Minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik berbeda. Tidak semua siswa suka dengan menulis, mengahafal ataupun berhitung lalu mengapa kita paksakan mereka untuk melakukan satu instruksi untuk minat dan bakat yang berbeda. 

Salah satu contohnya ketika peserta didik mempresentasikan hasil projectnya terkadang pendidik menginstuksikan dengan membuat slide presentasi padahal belum tentu semua memiliki kemampuan membuat slide presentasi yang baik untuk mempresentasikan hasil projectnya. Instruksi bisa dilakukan dengan berbeda misalkan bagi siswa yang suka melukis atau menggambar, biarkan mereka mempresentasikan projectnya dengan gambar yang mereka buat sendiri. 

Bagi mereka yang suka dengan karya sastra biarkan mereka mempresentasikan hasil projectnya dengan puisi, novel, cerpen, tarian dan karya sastra lainnya ataupun anak yang suka musik biarkan dia presentasi dengan diiringi dengan lagu ciptaannya sendiri sehingga secara tidak langsung hal ini akan mampu menggali potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

Gunakan Apersepsi diawal kelas. Seperti yang pernah penulis sampaikan pada tulisan sebelumnya mengenai pentingnya penggunaan apersepi dalam setiap proses pembelajaran karena dengan apersepsi merupakan salah satu langkah awal untuk mempersiapkan kelas dan mengukur apakah kelas kita sudah siap dalam menerima materi atau tidak. Apersepi yang baik akan menentukan keberhasilan atau kegagalan dari kelas anda jadi jangan lupakan apersepsi.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline