Lihat ke Halaman Asli

Saepiudin Syarif

TERVERIFIKASI

Writer

Belajar Menulis dari Bens Leo

Diperbarui: 12 Desember 2021   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnalis dan pengamat musik legendaris Indonesia, Bens Leo, meninggal Dunia (29/11) akibat Covid-19 | Foto: kompas.com

Saya tahu sosok Bens Leo saat saya masih duduk di sekolah dasar. Kakak pertama saya yang sudah remaja saat itu sudah langganan majalah Gadis, yang jadi bacaan di rumah juga bersama majalah Bobo, koran Kompas dan Poskota Minggu saat itu.

Awalnya sih tidak ngeh juga karena yang pertama dilihat di media-media tersebut adalah gambar-gambar atau foto-fotonya saja, baru kemudian mrmbaca komik atau cerita bergambarnya. Bila ada judul, tema, atau sosok/tokoh yang menarik barulah membaca lengkap artikelnya.

Semakin lama kebiasaan membaca sampai habis semua artikel dari majalah dan beberapa yang penting dari koran. Itu lantaran ibu dan kakak saya agak mengancam untuk menghentikan langganan Bobo dan Poskota Minggu jika isinya tidak dibaca alias cuma dilihat gambarnya saja.

Selanjutnya tidak hanya membaca artikel tapi juga memperhatikan siapa yang menulis. Bahkan saya suka memperhatikan susunan redaksi, siapa pemrednya, siapa wapemrednya, siapa wartawannya. Dari situ saya jadi tahu hierarki dan jobdesk di sebuah penerbitan. Selain itu ada penulis kontributor selain wartawan media tersebut.

Bens Leo adalah salah satu wartawan yang tulisannya cukup sering tampil di Majalah Gadis. Tulisannya komprehensif penuh isi tapi tetap renyah dan enak dibaca. Analisis dan amatan musik tanah air dan mancanegara sungguh fasih. Tak heran kemudian beliau tidak hanya dikenal sebagai wartawan tapi juga pengamat musik dan narasumber untuk banyak hal khususnya di dunia hiburan tanah air.

Jika sebelumnya hanya melihat tulisannya di media cetak, saat media televisi mulai berkembang dengan munculnya televisi swasta, wajahnya pun mulai muncul di layar kaca. Apalagi jika ada berita misalnya kedatangan artis atau musisi luar negeri yang akan konser di sini. Begitu juga program acara seperti Video Musik Indonesia atau acara-acara MTV, saya yang sudah mulai remaja pun jadi makin tahu sosok beliau bersama dengan wartawan hiburan zaman itu seperti Arswendo Atmowiloto, Erwin Arnada, Denny MR, Bung Remy dan yang lainnya.

Bacaan saya pun beralih dari Bobo menjadi Hai dan Mode. Sesekali menengok media remaja lain seperti Aneka Yess dan yang lainnya. Nama Bens Leo makin banyak beredar, saya lupa di mana beliau tercatat di media apa, tapi tulisan dan penampilannya relatif muncul di banyak media. Apalagi beliau pun sangat dekat dengan hampir semua musisi tanah air, dari berbagai genre maupun usia.

Beberapa wartawan musik setahu saya lantas melebarkan karir menjadi manajer artis, membuat event organizer, membuat production house, atau menggaet investor untuk membuat media, tapi Bens Leo sepertinya tetap setia sebagai jurnalis dan pengamat musik hingga akhir hayatnya.

Bens Leo meninggal di RS Fatmawati setelah mendapat perawatan akibat Covid-19 pada 29 November lalu pada usia 69 tahun. Beliau meninggalkan seorang istri dan satu orang putra.

Bens Leo tercatat pertama kali sebagai wartawan majalah Aktuil di awal 70an. Saya tidak mengalami masa itu. Saya mengenalnya jauh setelah itu di era tahun 80-90an. Kiprah panjangnya menjadi catatan khusus dalam dunia musik tanah air. Banyak musisi yang mempunyai kesan istimewa pada dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline