Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Bumi Menanti Disapa oleh Siapa Saja

Diperbarui: 10 April 2023   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumi menanti disapa. (Foto : SHUTTERSTOCK/ParabolStudio).

Bumi tak ubah seperti rumah bersama yang senantiasa keberadaannya harus terus menerus dijaga dan dirawat keberadaannya oleh semua kita.

Ia (Bumi) sudah semestinya menjadi bagian utama dalam tatanan kehidupan. Sebagai rumah tempat tinggal ia semestinya perlu dirawat dan dijaga keberadaannya saat ini. Mengingat, ia sudah semakin renta. Namun, bukan berarti kita lantas membiarkannya begitu saja.

Lalu, bagaimana dengan apa yang terjadi kepada nasib bumi kini dan apa yang bisa kita lakukan?

Pertanyaan ini tentu saja erat kaitannya dengan apa yang terjadi saat ini, terlebih tentang bagaimana sikap, kesadaran dan perilaku kita memperlukan bumi ini.

Nasib bumi ini sering kali (di/ter)abaikan oleh kita sebagai penjaga yang mendiaminya. Seperti terlihat, kita tidak jarang acuh tak acuh dengan keberlanjutan nasib bumi ini.  

Tidak hanya sebagai rumah, bumi juga sebagai ibu karena ia merawat dan menjaga kita dari berbagai ancaman yang ada karena ulah kita.

Mengingat, bumi menjadi bagian terpenting untuk selalu menjadi perhatian serius semua kita, siapa saja.

Sebagai bentuk dari kepedulian Bersama, lahirnya hari bumi yang selalu kita peringati setiap tanggal 22 April sebagai ajakan dan kepedulian kita semua kepada nasib bumi ini. Adapun lahirnya hari bumi atau Earth Day yang kini diperingati setiap tanggal 22 April pertama kali diselenggarakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Penggagasnya adalah Gaylord Nelson, seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin yang juga pengajar lingkungan hidup.

Kesehatan bumi ada pada tangan kita semua saat ini, Di usianya yang semakin renta tentu banyak sakit penyakit semakin sering menderanya.

Panas bumi yang semakin tidak terkendali atau dengan lain semakin membakar kulit, ditambah pula oleh cuaca yang tidak menentu (anomali cuaca), terkadang hujan turun kentara kelihatan yang membawa banjir dan kering kerontang yang sering menghampiri ketika kemarau tiba, ini menjadi bukti nyata bumi perlu menanti asa dari semua kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline