Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Gibran dan Simalakama untuk Megawati dan PDI-P

Diperbarui: 27 Juli 2020   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perjalanan panjang, penuh dengan ketegangan. Antara bisa atau tidak, pencalonan Gibran dengan alasan yang sangat kuat, terlambat ikut pantahapan internal partai. Rudy selaku ketua DPC Solo dengan tegas dan lugas mengatakan tidak bisa mengakomodasi keberadaan Gibran.

Masuk akal, mekanisme partai memang demikian adanya. Tidak bisa dibantah, dalam hal ini Rudy masih bisa diterima dengan sangat wajar. Ketika Purnomo yang memenuhi syarat dalam tahapan setingkat DPC, rekomendasi dari daerah jelas nama Wakil Walikota yang selama lima tahun mendampingi Rudy.

Internal PDIP rekomendasi dan keputusan DPC-DPD I bisa dikalahkan oleh keputusan DPP, rekomendasi memang dari pusat, ketua umum Megawati. 

Tentu sangat tidak mudah, ketika DPC yang jelas tahu dengan baik dinamika di daerah, mereka yang bekerja dan menggeluti daerah, namun harus tereliminasi apa yang mereka telah kerjakan.

Gibran, selain anak Jokowi, juga ia memiliki penggemar yang sangat kuat. Ingat, selain ia anak presiden, ia juga pemain media sosial yang sangat aktif. Candaan dan responsnya dalam menghadapi serangan pada bapak dan keluarganya ia tanggapi dengan sangat santai, dan itu membuat banyak orang simpati. Kondisi yang sangat bagus bagi partai politik dan pemain politik bangsa ini yang memang enggan kerja keras.

Simalakama PDI-P dan Megawati

Satu sisi, Gibran memang terlambat dalam tahapan di daerah. Rekomendasi dengan berbagai pertimbangan oleh Rudy tentu juga pelik dan tidak mudah. Tentu saja Megawati dan jajaran juga tahu banget. Hal yang sama-sama tidak enak dan tidak mudah.

Bagaimana partai lain, pasti akan dengan suka rela merayu Gibran untuk maju di pilkada Solo. Tenar, muda, sudah cukup teruji, catatan dan reputasinya juga masih relatif normal. Catatan buruk hanya soal politis, perbedaan afiliasi pilpres. Pun Gerindra yang berhadap-hadapan di pilpres dua kali, tampaknya tidak alergi menggaet Gibran.

PDI-P rugi besar dengan kursi dominan banget, sangaat mungkin dipecundangi kursi minor dengan calon kuat dan berkarakter. Pengalaman Megawati dengan segala kesulitan di masa lalu, tentu tidak mudah untuk bersikap. Penuh dengan perhitungan. Untung rugi tetap ada.

Gibran vs Purnomo

Sama-sama kader dadakan, namun Gibran masih panjang ke depan. Muda, bukan seperti Purnomo yang berusia senja, baik biologis ataupun politis. Ia, Purnomo juga kader dadakan, baru pindah dari partai lain. Secara ideologis partai toh sama saja. Persoalan yang tidak terlalu rumit dan ribet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline