Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Ngobrol Skincare, Cerita Ibu tentang Asmara Anak Gadisnya

Diperbarui: 15 Maret 2025   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Ibu dan anak gadisnya ngobrol tentang kecantikan | Diambil dari SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com

Saya bukan ibu. Saya ayah yang hidup di antara tiga perempuan. Satu istri dan dua anak kami, perempuan. Sehingga, saya mengetahui banyak obrolan mereka. Tentang di antaranya, masakan dan skincare.

Membincangkan masakan dan/atau skincare, di benak saya, identik dengan wanita. Maka, ketika istri dan kedua putri kami sedang mempercakapkan tentang keduanya, baik masakan maupun skincare, sebagai sesuatu yang lumrah.

Hanya memang, ketika mempercakapkan masakan, kadang saya dilibatkan. Dan, ini wajar saja sebab masakan juga bagian langsung dari seorang pria, ayah. Bukankah saya, juga kaum Adam yang lain, membutuhkan makanan?

Tetapi, ketika mempercakapkan skincare, atau barang-barang rinciannya, saya merasa tersisih. Sebab, perbincangan ini lebih mengarah ke kebutuhan perempuan.

Sekalipun bukan mustahil ada juga pria yang membutuhkannya. Tentu tak sesempurna yang dibutuhkan oleh perempuan. Jumlah pria yang membutuhkannya pun tak banyak.

Saya, sebagai ayah, juga suami, kadang dilibatkan dalam perawatan sekalipun sangat minimalis, yaitu perawatan wajah. Itu pun bukan keinginan saya. Lebih ke keinginan istri. Mungkin ia merasa lebih percaya diri kalau wajah pasangannya bisa terlihat lebih kinclong, meskipun tak mungkin bisa.

Sekalipun merasa tersisih dan mendapat perawatan yang minimalis, saya tak dapat menolak kodrat mereka. Yaitu, setiap bulan, nyaris, maaf, ada anggaran yang dibutuhkan. Sesuai dengan pepatah Jawa, jer basuki mawa bea.

Sekurang-kurangnya artinya demikian, segala sesuatu yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan tentu membutuhkan biaya. Rasanya tak ada yang tanpa biaya kalau sesuatu diadakan untuk memenuhi kebutuhan.

Saya, yang bukan ibu, tetapi hidup di lingkungan para perempuan dalam keluarga, sedikit banyak, tak sekadar mengetahui, tetapi menghayati sikap, perilaku, dan obrolan mereka saat berada di rumah atau di lain tempat.

Karena, kadang saya juga dilibatkan sebagai pengantar dalam aksi nyata mereka, atau di antara mereka, saat berburu skincare atau bahan masakan, juga makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline