Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Jangan Membiasakan Memupuk "Bully" kepada Pasangan

Diperbarui: 31 Juli 2019   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Jess Golden

"Hai Gendut, sudah masak belum? Aku pengen sarapan nih..." ujar seorang suami kepada sang istri.

"Dasar pemalas. Kerjanya molor sama makan doang..." jawab sang istri.

Kalimat-kalimat kasar penuh ejekan dan bullying terlontar setiap hari di antara mereka berdua. Namun mereka berdua tertawa-tawa saja, dan tidak menjadi marah ketika disebut si gendut atau si pemalas. Mereka menjadikan ejekan dan bullying sebagai humor serta canda tawa dalam kehidupan keseharian berumah tangga. Sehatkah kondisi ini?

"Saya dan istri biasa saling mengejek dan membully. Kami jadikan ejekan dan bullyan sebagai candaan di antara kami. Makanya kami tidak tersinggung mendapat ejekan dan bullyan setiap hari, karena kami mengetahui itu hanyalah candaan di antara kami," ujar seorang suami.

"Saya tidak marah kalau diejek suami, sebagaimana suami saya tidak marah ketika saya mengejeknya. Ejekan di antara kami adalah candaan sehari-hari," tambah sang istri, membenarkan penjelasan suami.

Benarkah ejekan dan bullyan di antara suami dan istri tidak menimbulkan masalah? Bisakah ejekan dan bullyan dianggap hanya sebagai canda tawa yang menghibur di antara mereka berdua? Eh, sebentar. Jangan cepat-cepat membenarkan penjelasan mereka berdua. Mari kita cermati fenomena "banjir bully" dan "banjir ejekan" antara suami dan istri.

Menabung Racun
Mengapa pasangan suami istri tersebut tidak saling tersinggung saat mereka bercanda dengan saling mengejek dan saling membully? Ada dua jawaban untuk menjelaskan kondisi ini. 

Pertama, karena mereka sama-sama mengerti bahwa itu tidak serius dan hanya bercanda. Oleh karena cuma bercanda, maka tak perlu tersinggung jika mendapat ejekan dan bullyan

Kedua, karena saat mereka saling mengejek dan saling membully itu, suasana kejiwaan mereka tengah berada dalam "good mood" alias mood yang baik.

Persoalannya adalah, situasi dan kondisi kehidupan suami istri selalu dinamis, tidak pernah tetap. Ada kalanya mereka berdua terlibat dalam perseteruan yang sangat "ganas". Suasana hubungan mereka menjadi sensitif. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline