Lihat ke Halaman Asli

Dea Olifia Nabila

Mahasiswa/UINSUKA/ 24107030008

Langkah demi Langkah Menuju Kedamaian: Spiritual dengan Selimutan Awan di Bukit Turgo

Diperbarui: 30 Mei 2025   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret Makam Syekh Jumadil Qubra (Sumber Foto: Dokumen Pribadi)

Di balik megahnya Gunung Merapi yang menjulang gagah di utara Yogyakarta, tersimpan banyak kisah spiritual yang jarang diketahui orang. Salah satunya adalah Maqam Syekh Jumadil Qubra, sebuah situs ziarah yang terletak di Bukit Turgo, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Lokasi ini bukan hanya menawarkan keindahan panorama alam khas pegunungan, tetapi juga menghadirkan nuansa religi yang begitu kuat yang kemudian membuat setiap langkah kaki yang mendaki terasa bermakna.

Perjalanan menuju Maqam Syekh Jumadil Qubra dimulai dari pusat Kota Yogyakarta, sekitar satu jam berkendara ke arah utara. Jalanan mulai menanjak ketika memasuki kawasan Kaliurang. Semakin ke atas, udara menjadi sejuk dan hutan pinus mulai mendominasi pemandangan. Namun, tantangan sesungguhnya baru terasa saat harus mendaki Bukit Turgo. Akses menuju makam tidak dapat dilalui kendaraan bermotor hingga ke puncak. Para peziarah harus berjalan kaki menaiki ratusan bahkan ribuan anak tangga dan jalan setapak berbatu, namun pemandangan hijau yang menyegarkan mata menjadi hiburan tersendiri yang memikat pendaki.

Dalam perjalanan itu, saya dan teman-teman satu kelas juga sempat merasakan sendiri tantangan fisik yang cukup melelahkan. Kami berangkat secara rombongan menggunakan sepeda motor, ramai-ramai dari kampus bersama dosen pengampu kami,  Mahfud. Suasana di sepanjang perjalanan begitu meriah dan penuh tawa, canda, dan obrolan ringan menjadi penghibur di tengah angin pegunungan yang mulai menusuk kulit.

Sebelum mendaki, kami disambut oleh seorang penjaga situs makam bernama Suyatno. Dengan ramah dan penuh semangat, ia menjelaskan kepada kami sejarah singkat tentang Maqam Syekh Jumadil Qubra. Ia bercerita bahwa maqam ini diyakini sebagai salah satu titik spiritual penting di Jawa, tempat para peziarah datang untuk memohon berkah dan ketenangan batin. Suyatno juga berpesan agar kami menjaga sikap dan lisan selama berada di kawasan makam, mengingat tempat ini bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga ruang spiritual yang penuh adab.

Begitu mendaki, rasa lelah mulai terasa. Nafas tersengal, kaki menegang, dan beberapa dari kami sempat berhenti di beberapa titik. Namun di tengah perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang lucu dan menghibur di tengah kelelahan kami. Yaitu monyet-monyet liar yang bergelantungan di pepohonan tinggi. Beberapa di antaranya tampak penasaran mengamati kami dari kejauhan, sementara yang lain asyik bermain atau mencari makan. Keberadaan mereka menambah kesan alami dan hidup di kawasan ini, seakan-akan hutan Bukit Turgo memang masih sangat terjaga.

Potret Penulis Beserta teman-teman (Sumber: Dokumen Pribadi)

Siapakah Syekh Jumadil Qubra?

Nama Syekh Jumadil Qubra tidak asing dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Ia dikenal sebagai seorang ulama besar yang dipercaya sebagai leluhur para Wali Songo, tokoh-tokoh penting dalam Islamisasi Jawa. Menurut beberapa sumber sejarah dan cerita lisan masyarakat, Syekh Jumadil Qubra merupakan sosok yang berilmu tinggi dan menjelajah berbagai wilayah untuk menyebarkan Islam, termasuk hingga ke tanah Jawa.

Meskipun terdapat beberapa versi mengenai lokasi makam asli Syekh Jumadil Qubra, di antaranya di Troloyo (Trowulan, Mojokerto), Lasem, hingga Turgo, masyarakat lokal di kawasan Merapi sangat meyakini keberadaan makam beliau di Bukit Turgo sebagai tempat yang keramat. Bagi banyak peziarah, kehadiran di tempat ini bukan sekadar ziarah, melainkan juga perjalanan batin untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta melalui jejak para wali.

Akhirnya, setelah perjuangan mendaki yang cukup menguras tenaga, kami pun tiba di puncak Bukit Turgo. Begitu sampai, rasa lelah yang sebelumnya begitu terasa tiba-tiba saja menguap. Pemandangan sekitar begitu indah, langit biru, angin sejuk, dan suara burung hutan yang menenangkan. Namun yang paling membuat hati tersentuh adalah saat kami berdiri di depan Maqam Syekh Jumadil Qubra. Ada nuansa sakral yang begitu kuat, seperti ada energi spiritual yang menyelimuti tempat itu.

Kami pun mengambil waktu untuk berdoa bersama, mengirimkan Al-Fatihah, dan merenung sejenak. Beberapa teman tampak khusyuk menundukkan kepala, ada pula yang memilih duduk diam dalam keheningan. Mahfud turut memimpin doa singkat dan memberikan sedikit penjelasan mengenai sejarah dan pentingnya figur Syekh Jumadil Qubra dalam Islam Jawa. Momen itu terasa begitu dalam dan tak terlupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline