Lihat ke Halaman Asli

Novita Sari

Aktif di dunia literasi, pergerakan dan pemberdayaan perempuan

Cerpen | Ayam Jantan Mak Iyem

Diperbarui: 27 November 2019   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi peternakan ayam. (sumber: pixabay.com/giallopudding)

Akan saya ceritakan satu rahasia di balik keberhasilan Mak Iyem, juragan ayam di kampung ini. Tunggu, kau harus duduk dengan rapi. Pastikan tidak ada satu orangpun yang ada di sampingmu. Jika tidak, Mak Iyem akan datang dalam tidurmu bersama seekor ayam jantan kesayangannya.  

Cerita ini dimulai dari kedatangan seekor ayam jantan yang nyelemu (datang tiba-tiba) di dapur rumahnya yang terbuka. Sebagai seorang janda tanpa anak, Mak Iyem memang sudah terbiasa hidup sendiri. 

Hasan suaminya,  sudah lebih dulu terbaring di tanah sejak beberapa tahun lalu. Awalnya kedatangan ayam itu dianggap biasa saja oleh Mak Iyem, ia berusaha  mengusir ayam itu dengan bebunyian khas orang kampung ini  syooh...syooh...syooooh. Tapi ayam itu bergeming, seperti tak ingin pergi dari rumahnya. 

Mak Iyem berlalu sambil mengucapkan sumpah serapahnya "Dasar binatang" umpatnya. Sore itu langit memancarkan warna kemerahan, Mak Iyem bergegas menutup jendela-jendela dan pintu rumahnya. 

Diamatinya ayam tadi dari lubang pintu dapur. Ayam itu tersungut di didekat abu dapur, tempat Mak Iyem biasa memasak. Tak apalah pikirnya, besok pasti ayam itu sudah pergi.

Malam menutup mata Mak Iyem cepat waktu itu, ia tertidur pulas diatas kasur kapuk yang dibelikan suaminya saat mereka baru saja menikah. Merengkullah Mak Iyem dalam dingin yang menggigit tubuhnya yang sedang beranjak tua. 

Tiba-tiba ia didatangi oleh Hasan, lelaki yang ia rindukan sejak lama. Hasan datang menggunakan sepeda ontel dengan baju kokoh berwarna putih dan bercelana dasar hitam. Pelan-pelan ia mengayuh sepeda dari halaman depan. Lalu mekarlah senyumnya pada bibir Mak Iyem. 

"Ini kau, Bang." 

"Iya Dik, Abang sengaja datang menemuimu."

"Lama sekali kau pergi bang, aku rasanya tak sanggup melanjutkan hidup tanpamu," Iyem mulai sesenggukan.

"Jangan kau bersedih, Dik, aku selalu ada di sini"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline