Lihat ke Halaman Asli

nursaidahsalsabilla

Mahasiswa Iai An-Nadwah Kuala Tungkal

Bahasa Cermin Budaya dan Identitas Bangsa di Era Globalisasi

Diperbarui: 22 April 2025   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ini menggambarkan seorang individu yang berdiri di antara dua dunia di sisi kiri terdapat simbol budaya tradisional seperti wayang, aksara N

Bahasa merupakan alat komunikasi yang tidak hanya berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan, tetapi juga sebagai cerminan budaya dan identitas suatu bangsa. Setiap kata, ungkapan, dan struktur kalimat menyimpan nilai-nilai, sejarah, serta cara pandang masyarakat penuturnya. Di era globalisasi saat ini, peran bahasa semakin krusial. Di satu sisi, kemudahan akses informasi dan interaksi lintas negara memperkaya wawasan dan koneksi antarbangsa. Namun di sisi lain, dominasi bahasa global seperti bahasa Inggris mulai menggeser peran dan eksistensi bahasa lokal maupun nasional. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terhadap pelestarian budaya dan identitas bangsa yang terikat erat dengan bahasa.

Bahasa adalah produk budaya yang berkembang seiring waktu. Setiap bahasa menyimpan nilai-nilai khas yang tidak dimiliki bahasa lain. Misalnya, penggunaan berbagai tingkat tutur dalam bahasa Jawa menunjukkan struktur sosial dan penghormatan terhadap orang lain, yang merupakan bagian dari budaya Jawa. Ketika bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai budaya tersebut secara tidak langsung diwariskan dan dipertahankan.


Di era globalisasi, muncul tantangan besar bagi pelestarian bahasa, terutama bahasa daerah. Generasi muda cenderung lebih memilih menggunakan bahasa asing atau bahasa campuran yang dianggap lebih modern dan prestisius. Akibatnya, banyak bahasa daerah yang mulai terpinggirkan dan bahkan terancam punah. Ini bukan hanya masalah linguistik, tetapi juga ancaman terhadap keberlanjutan budaya lokal.

Tidak hanya bahasa daerah, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pun menghadapi tantangan serupa. Pengaruh budaya luar melalui media sosial dan teknologi informasi membuat gaya berbahasa generasi muda menjadi semakin informal dan jauh dari kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Meskipun perkembangan bahasa adalah hal yang wajar, tanpa pengawasan dan kesadaran kolektif, identitas nasional yang dibangun melalui bahasa bisa perlahan terkikis.

Namun, tidak semua dampak globalisasi bersifat negatif. Justru dengan teknologi dan konektivitas saat ini, bahasa Indonesia memiliki peluang untuk diperkenalkan ke dunia internasional. Upaya pemerintah seperti diplomasi bahasa melalui pembukaan pusat-pusat studi bahasa Indonesia di luar negeri, serta peran aktif masyarakat dalam membuat konten digital berbahasa Indonesia, merupakan langkah-langkah penting dalam mempertahankan eksistensi bahasa di tengah arus global.

Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga cermin budaya dan identitas suatu bangsa. Di tengah arus globalisasi, kita dihadapkan pada pilihan: membiarkan bahasa kita tergeser atau bersama-sama menjaganya agar tetap hidup dan berkembang. Menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa sendiri, menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, serta melestarikan bahasa daerah adalah bentuk nyata kontribusi kita dalam menjaga warisan budaya bangsa. Globalisasi bukan alasan untuk melupakan jati diri, melainkan peluang untuk menunjukkan kekayaan bahasa dan budaya kita ke dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline