Lihat ke Halaman Asli

Nurohmat

Pembelajar

People Hurt and Offend Each Other

Diperbarui: 24 November 2020   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

People Hurt and Offend Each Other
Oleh : Nurohmat

Setelah saya membaca separuh buku Filosofi Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring, ada satu kalimat yang menarik perhatian saya, yang kemudian menjadi judul artikel pendek ini, yaitu  People Hurt and Offend Each Other.

Dalam buku Filosofi Teras disebutkan bahwa setiap hari kita berpotensi bertemu dengan peristiwa atau orang yang menjengkelkan kita atau bisa juga kita  sendirilah yang menjengkelkan orang atau pihak lain. Kalimat people hurt and offend each other, setiap orang tersakiti dan satu sama lain saling menjengkelkan seolah menjadi keseharian kita. Entah di keluarga, di tempat kerja, di masyarakat dan lain  sebagainya.

Setiap orang berpotensi  melakukan represi  satu sama lain, dan berpotensi stress atau depresi bila tidak dewasa dalam menanggapi setiap kejengkelan yang kita alami. Pentingnya kesadaran memahami dikotomi kendali dan mempraktikkan pengelolaan emosi secara positif memudahkan kita untuk menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan.

Pada umumnya orang bertindak sesuatu, tidak sengaja untuk menyinggung atau menyakiti orang lain. Namun, terkadang tindakan yang dilakukan tidak disadari oleh yang bersangkutan ternyata  menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain.
Value judgement terhadap tindakan yang dilakukan orang lain kerap mendominasi pikiran kita, ketimbang fakta yang terjadi. Alhasil,  tafsiran subjektif atas tindakan  orang lain melampaui fakta yang sebenarnya terjadi.

Kita harus memahami bahwa tidak semua peristiwa atau tindakan orang lain sesuai dengan apa yang kita harapkan, karena hal itu di luar kendali kita, yang bisa kita kendalikan adalah tafsiran kita atas peristiwa atau tindakan orang lain terhadap kita.
Merespon peristiwa atau kejadian yang menjengkelkan dengan pilihan teknik berpikir lambat adalah alternatif yang bijak karena kita bisa memilih dan memilah untuk dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum keputusan diambil. Bila kita merespon peristiwa atau tindakan orang lain yang menjengkelkan dengan teknik berpikir cepat (otak reptil), maka respon yang diambil cenderung pembelaan diri, membalas atas apa yang menimpa kita. Dampaknya, beralihlah posisi kita menjadi pelaku tindakan represi terhadap orang lain. Lingkaran keributan berpotensi terus berkembang, sehingga tepatlah kata-kata "people hurt and offend each other", setiap orang tersakiti dan satu sama lain saling menjengkelkan.

Hebohnya jagad Twitter  tentang kata-kata 'Lonte' belakangan ini, tidak terlepas dari "people hurt and offend each other". Kedua belah pihak yang bersebrangan terjebak saling menyinggung satu sama lain dan ditafsirkan saling menyakiti satu sama lain. Kehebohan dan keramaian ini mungkin suatu saat akan mereda. Namun, berpotensi menjadi investasi permasalahan yang tidak produktif dikemudian hari. Suguhan akan keributan peristiwa tersebut tentunya tidak menyehatkan kita sebagai warga negara. Entah siapa yang menikmati hal yang seperti ini ? 

Cirebon, 24 Nopember 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline