Lihat ke Halaman Asli

Mengenal nilai dan makna pada makanan khas suku Bugis "Gambang"

Diperbarui: 9 Juni 2025   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

dalam pelestarian budaya adalah bagaimana warisan kuliner tradisional tidak hanya dilihat sebagai konsumsi makanan semata, tetapi juga sebagai media pembawa nilai-nilai budaya dan filosofi yang melekat dalam masyarakat. Gambang, makanan khas suku Bugis yang terbuat dari pulut hitam dan ragi serta dibentuk bulat, merupakan contoh nyata bagaimana sebuah makanan tradisional mengandung makna dan nilai yang mendalam, yang berperan penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bugis.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Pangadereng (2024), makanan tradisional suku Bugis, termasuk gambang, memiliki makna filosofis yang erat kaitannya dengan simbolisme bahan dan bentuknya. Pulut hitam sebagai bahan utama gambang melambangkan kesuburan dan kemakmuran, sedangkan proses fermentasi dengan ragi mencerminkan siklus kehidupan yang terus berputar dan berkembang. Bentuk bulat gambang juga memiliki makna simbolik sebagai lambang kesatuan dan keharmonisan dalam keluarga dan komunitas Bugis.

Lebih lanjut, dalam kajian etnografi yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Hasanuddin, gambang tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari ritual adat yang memperkuat ikatan sosial. Tradisi penyajian gambang dalam acara adat seperti pernikahan dan syukuran menjadi simbol rasa syukur dan harapan akan keberlangsungan hidup yang harmonis dan penuh berkah. Proses pembuatan gambang yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan komunitas menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas sosial.

Dari sudut pandang antropologi kuliner, menurut Siti Nurhayati dalam jurnal MAPAN (2023), makanan tradisional seperti gambangbberfungsi sebagai media transmisi nilai budaya dari generasi ke generasi. Pulut hitam yang difermentasi menggunakan ragi bukan hanya teknik memasak, tetapi juga praktik budaya yang mengandung nilai kesabaran, ketelitian, dan penghormatan terhadap tradisi leluhur. Nilai-nilai ini penting untuk dipertahankan agar identitas budaya suku Bugis tidak hilang di tengah arus modernisasi.

Nilai sosial dalam gambang juga terlihat dari fungsinya sebagai simbol penghormatan dan rasa terima kasih. Dalam acara adat, gambang biasanya disajikan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu dan leluhur, yang menandakan rasa hormat dan terima kasih atas keberadaan dan dukungan mereka. Hal ini sejalan dengan nilai budaya Bugis yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tata krama dalam interaksi sosial.

Selain itu, gambang juga mengandung nilai estetika dan simbolis yang memperkaya makna tradisi. Bentuk bulat gambang yang sederhana namun penuh makna melambangkan kesempurnaan dan keutuhan, yang menjadi harapan masyarakat Bugis dalam membangun keluarga dan komunitas yang harmonis. Warna hitam dari pulut hitam juga melambangkan kekuatan dan keteguhan, nilai yang sangat dihargai dalam budaya Bugis.

Secara umum, makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam gambang makanan khas suku Bugis dapat dirangkum sebagai berikut:

Simbol kesuburan dan kemakmuran: Pulut hitam sebagai bahan utama melambangkan harapan akan kehidupan yang subur dan makmur.Simbol siklus kehidupan: Proses fermentasi dengan ragi mencerminkan siklus kehidupan yang terus berputar dan berkembang. Simbol kesatuan dan keharmonisan: Bentuk bulat gambang melambangkan persatuan dalam keluarga dan komunitas.Media penguatan ikatan sosial: Penyajian dalam acara adat mempererat hubungan sosial dan solidaritas komunitas.transmisi nilai budaya: Teknik pembuatan dan tradisi konsumsi gambang mengajarkan nilai kesabaran, ketelitian, dan penghormatan terhadap leluhur.simbol penghormatan dan terima kasih: Fungsi gambang dalam adat menandakan rasa hormat kepada tamu dan leluhur.nilai estetika dan simbolis: Warna dan bentuk gambang melambangkan kekuatan, keteguhan, dan kesempurnaan.

Dengan demikian, gambang bukan sekadar makanan tradisional yang lezat, tetapi juga sebuah warisan budaya yang sarat makna dan nilai luhur. Penelitian dari Jurnal Pangadereng (2024) dan kajian antropologi dari Universitas Hasanuddin memperkuat pemahaman bahwa gambang berperan penting dalam menjaga identitas budaya Bugis serta memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat.

Pelestarian tradisi pembuatan dan konsumsi gambang menjadi sangat penting agar nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya tidak hilang ditelan zaman. Dengan pemahaman yang mendalam tentang makna dan nilai-nilai gambang, generasi muda suku Bugis dapat lebih menghargai dan melanjutkan tradisi yang tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga memperkaya kehidupan sosial dan spiritual mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline