Lihat ke Halaman Asli

Nurifah Hariani

Guru (dulu)

I Love You Sedulur, Mensiasati Waktu yang Tak Rela 'Tuk Berhenti

Diperbarui: 19 April 2025   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Family, where life begins and love never ends

Lebaran adalah saat istimewa. Tidak terkecuali bagi  "Bani Imam Nitiharjo". Keluarga besar yang  bermula dari almarhum Mbah Imam Nitiharjo dan almarhumah Mbah Muini,  rutin mengadakan acara pertemuan keluarga besar setiap lebaran.

Lebaran tahun ini, tepatnya  tanggal  18 April 2025 / 18 Syawal 1446H  diadakan pertemuan di kediaman  Mbah  Hj. Jahari dan Mbah Hjh Nur Alifah, orang tua saya, yang merupakan satu-satunya generas i  ke-2 dari Bani Imam Nitiharjo.   Acara ini diadakan sebagai ajang silaturahmi , halal bihalal sekaligus walimatul umroh untuk tasyakuran kepulangan adik saya, Khoridah Nurhariati pada tanggal 13 April 2025.

Pertemuan yang sudah direncanakan sejak bukber keluarga di awal ramadhan kemarin itu dihadiri oleh 52 orang. Alhamdulillah sebagian  besar keluarga bisa hadir, yang dari Lumajang, dari Wajak, dari Lawang, dari Singosari, dari Sumberpucung  juga dari Bumiayu.

Acara dimulai bakda Jum'atan, tetapi seperti ar mengalir saja, satu persatu keluarga berdatangan sejak pukul sepuluh pagi.  Mbah Nur Alifah, ibu saya, tampak senang menyambut kedatangan keponakan dan cucu serta buyut, meski berkali-kali harus bertanya, ini siapa, anaknya siapa, istrinya siapa. Maklum di usianya yang sudah 82 tahun, Ibu sudah mulai pikun.

Kepikunan Ibu jadi hiburan bagi kami. Berkali-kali kami tetawa karena pertanyaan Ibu yang berulang-ulang. Herannya Ibu mengingat nama dan peristiwa yang sudah lama sekali bahkan sebelum saya lahir, tetapi melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Ibu masih ingat nama mbah-mbahnya tetapi bolak-balik harus diingatkan tentang keponakan dan cucu-cucu yang bahkan mash ada di hadapannya. Budhe Sri Rahayu, generasi ke-3 yang tertua berkali-kali mengingatkan agar kami tidak menggoda Ibu. "Hey, kita ini belum tentu sampai seumur Mbah Ik (panggilan untuk Ibu), kalau pun sampai, siapa yang tahu kita juga bakalan pikun seperti Mbah Ik."

Kami mendengarkan tetapi sambil asyik makan. Banyaknya makanan yang enak-enak membuat kami tiba-tiba lapar, Tanpa menunggu acara dimulai kami melahap  hidangan yang ada. Ada bakso, lontong, gurami asam manis, gurami bakar, nasi goreng, cumi lada hitam, es menado dan es teler. Cemilan juga banyak, ada "jajan riyoyo", klepon, lumpur, pukis, tahu berontak, weci dan lain lain. Makanan itu entah dari siapa yang jelas semua  keluarga tidak ada yang datang dengan tangan kosong.

Acara dimulai dengan sambutan tunggal dari Khoridah mewakili tuan rumah. Dilanjutkan dengan membca Al Fatihah yang dihadiahkan kepada almarhum-almarhumah mbah-mbah, budhe, pakdhe, mas, mbakyu  juga adik-adik yang telah mendahului kami. Dilanjutkan dengan arisan untuk menentukan tempat pertemuan mendatang. Ada juga arisan kecil, lima ribuan untuk  anak-anak lajang. Yang baru di tahun ini ada undian doorprize dari Vivien.

Acara ditutup dengan foto bersama. Pertemuan berikutnya diadakan di rumah Mbak Dini Agustin di Lumajang, waktu akan ditentukan kemudian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline