Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Kastuba "Flower of the Holy Night", Antara Keindahan, Aura Bisnis, hingga Hari Nasionalnya

Diperbarui: 13 Desember 2019   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kastuba merah putih di Cihideung (dok pri)

Desember, bulan di penghujung tahun selalu menggeliatkan roda bisnis. Termasuk di dalamnya adalah bisnis tanaman hias. Kastuba, jenis tanaman hias yang lekat dengan suasana Natal. Kastuba "flowers of the holy night", antara keindahan dan aura bisnis.

Perdu dengan pucuk daun berwarna merah merona ini cukup banyak dijumpai di alam bebas. Seringkali digunakan untuk hiasan gapura saat perayaan Agustusan. Kini jenis hibridanya banyak dikembangkan menjadi komoditas bisnis memenuhi selera dan hobi penikmatnya.

Kastuba (Euphorbia pulcherrima) ditengarai berasal dari Meksiko. Joel Roberts Poinsett, duta besar pertama Amerika Serikat (AS) untuk Meksiko yang memopulerkannya. Hingga kini disebut sebagai tanaman Poinsettia.

Penghargaan terhadap beliau tidak hanya pada penyematan nama pada tanaman Poinsettia. Bahkan tanggal wafat beliau yaitu 12 Desember diperingati sebagai National Poinsettia Day (Hari Poinsettia Nasional) di Meksiko.

Sosoknya unik, pada bagian ujung tanaman terdapat dompolan bunga sejati disebut cyathia berukuran mini. Berwarna hijau mencolok tanpa daun mahkota. Gugusan daun bagian atas (braktea) umumnya berwarna merah darah yang tampil menarik. Daun muda kontras menyala yang disangka sebagai bunga.

Kontras warna hijau bermahkotakan merah segar ada pula yang putih bersih, inilah yang menyebabkan dijuluki "flowers of the holy night". Berkembangnya florist dan gerai tanaman hias, menjajakannya sebagai elemen pendukung suasana Natal.

Permintaan produk menarik kreativitas. Para pemulia (breeder) mengotak-atik persilangan untuk menghasilkan biji sebagai materi genetik. Kini di pasaran cukup banyak varian warna daun muda. Merah, putih, merah muda, putih agak krem hingga salem.

Kastuba alias ponitsettia di rumah kaca (lewisginter.org)

Berkunjung ke Desa Cihideung, Parongpong, Bandung Barat yang dikenal dengan sebutan desa bunga, jajaran kastuba menggoda pecintanya memboyong pulang. Tak ragu para hobiis merogoh kocek 50 ribuan rupiah tergantung kerimbunan dan keunikannya.

Semisal rumpun kastuba pucuk merah dengan tampilan daun agak keriting. Gugusan pucuk merahnya terlihat mirip kembang mawar. Pedagang menyebutnya kastuba mawar keriting. Melongok di katalog luar didapat nama Winter Rose Early Red.

Kastuba mawar keriting (dok pri)

Mengagumi keindahannya di meja pajang rumah, membuat rasa santai hingga keceriaan. Weladaah, bulan-bulan berikutnya tampilan tidak seindah aslinya. Tanaman mogok berdaun merah ataupun warna lain seperti waktu baru dibeli. Tunas memanjang menghasilkan warna hijau pudar.

Pilihannya adalah kembali membeli tanaman baru dengan performa siap pajang. Modus demikian sungguh menjadi kesayangan pedagang. Aura bisnis yang berkesinambungan demi menjaga keindahan tampilan kastuba.

Nah buat para pecinta tanaman sungguhan ini adalah tantangan. Pengelolaan lama penyinaran menjadi kuncinya.  Kastuba hibrida untuk menghasilkan pucuk daun merah membutuhan suasana gelap dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline