Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Menikmati Keasrian Togaten, Kampung Iklim Pertama di Salatiga

Diperbarui: 1 Februari 2018   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Togaten kawasan sahabat biopori (Dokumentasi pribadi)

Permasalahan perubahan iklim yang bersifat global menjadi tangung jawab bersama setiap titah di bumi. Bagaimana masyarakat secara lokal komunal berperan serta? Mari bersama melongok Kampung Iklim Togaten, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Kampung Iklim Togaten

Kesadaran dan upaya mewujudnyatakan kepedulian terhadap bumi melalui pembuatan biopori secara konsisten sejak tahun 2012 membuahkan hasil. Sebagian air hujan diperangkap di kawasan pekarangan untuk masuk ke dalam tanah. Langkah ini diapresiasi oleh Pemerintah melalui Pencanangan Proklim (Program Kampung Iklim) Kawasan Sahabat Biopori oleh Wali Kota Salatiga Yuliyanto, Kampung Iklim pertama di Kota Salatiga, Rabu (16/3/2016).

Kampung iklim tersebut berada di RW XI, khususnya RT 01 dan 03, Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti. Memenuhi kaidah kampung iklim yang merujuk suatu lokasi yang masyarakatnya melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara terukur dan berkesinambungan. 

Berbagai upaya yang secara terencana dan terus menerus dilakukan meliputi pembuatan biopori, sumur resapan, penghijauan dalam lahan terbatas, menjaga kebersihan lingkungan, mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos. Bahkan kini dilengkapi dengan hutan mini, dipadukan dengan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Tamu studi banding dari DLH Kota Surakarta (Dokumentasi pribadi)

Beberapa sekolah menggandeng kampung iklim Togaten untuk bekerja sama. Juga kunjungan dari instansi lain semisal Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta pada hari Selasa, 30 Januari 2018 yang mengajak pengurus bank sampah dari aneka desa/kelurahan di wilayahnya. Memenuhi 'jawilan' Ibu Kanti Astuti, salah satu anggota dewan penasehat kampung iklim Togaten, saya berkesempatan ikut melongok dan menyajikannya bagi para sahabat pembaca kompasiana.

Biopori dan Sumur Resapan

Semakin terbatasnya areal terbuka bahkan di kawasan pekarangan seputar rumah, menyebabkan limpasan air hujan mencari jalan alirannya. Pembuatan biopori di pekarangan memberi kesempatan air hujan masuk ke dalam tanah. Apalagi dengan pemeliharaan lubang resapan biopori dengan umpanan sampah organik menyebabkan aktivitas fauna tanah meningkat dan terbentuk pori secara biologis seturut dengan kaidah dasar biopori dengan bonus panenan kompos secara berkala.

Tak cukup dengan kawasan ramah biopori, kampung iklim Togaten juga mengajak warganya untuk membuat sumur resapan terutama air limpasan dari area cucian, kamar mandi maupun dapur. Limbah domestik alias grey water ini tidak diizinkan masuk ke selokan pembuangan di luar pekarangan. Sebagai tolok ukur keberhasilan, selokan di kompleks perumahan Togaten RT 3 ini pada musim kemarau kering, karena selokan memang hanya diperuntukkan bagi air hujan.

Penghijauan dalam Lahan Terbatas

Pekarangan warga RT 03 Togaten (Dokumentasi pribadi)

Mendengar kata penghijauan biasanya imajinasi kita mengarah pada program dan kegiatan pemerintah dengan kawasan luas dan tanaman super besar. Kampung iklim Togaten mengadopsi dengan apik, intinya setiap pekarangan seberapa pun luas/sempitnya silakan bercocok tanam. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline