Lihat ke Halaman Asli

Anns Rh

Writer

Penerapan New Normal dalam Perspektif Mahasiswa

Diperbarui: 17 Juni 2020   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

New Normal, sering dimaknai sebagai tatanan kehidupan baru, menjalankan aktivitas normal namun ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Banyak yang mengira new normal artinya virus sudah hilang, padahal maksudnya bukan seperti itu. Perlu ditegaskan, ini new normal bukan back to normal. Karena virus tersebut masih ada di sekitar kita, pemerintah mengeluarkan kebijakan new normal ini karena sekiranya sudah saatnya bangun dan menata kembali.

Saya setuju dengan protokol WHO yang mengatakan pada akhirnya perilaku masing-masing warga akan menentukan karakter virus. Dan tidak ada jalur cepat untuk kembali normal. Di sisi lain, pemerintah dinilai terlalu terburu buru untuk memulai new normal, namun makin kesini saya paham dan setuju karena mengingat akan ekonomi negara. 

Banyak masyarakat yang harus tetap bekerja untuk kebutuhan ekonomi nya, jika tidak dilakukan new normal maka akan tersendat. Terlebih lagi kita belum tahu kapan berakhirnya pandemi ini.

Pemerintah juga harus memperhatikan kondisi daerah di Indonesia, dikarenakan kondisi berbeda-beda dalam menerapkan new normal.
Untuk garda terdepan, pelayanan kesehatan, pastinya kita berharap agar sistem kesehatan segera membaik.

Dan untuk menjalani new normal ini, diharapkan untuk tidak lupa disertai dengan masker, selalu mencuci tangan, serta menggunakan hand sanitizer.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline