Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Bahagia ala Saya: Euro 2012 dan Teater Kehidupan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

"Bang, istri saya marah-marah gara-gara Euro 2012. Berikan pencerahan tentang hakikat sepakbola dan Euro 2012," pinta Sabung tetangga saya tukang sabung ayam Bangkok.

Sabung itu ada-ada saja. Permintaan itu sungguh menarik untuk aku jawab. Tiba-tiba aku teringat Sindhunata dan Gus Dur ketika mengulas sepakbola. Indah sekali ulasannya. Filosofinya luar biasa.

"Masalahnya istri saya tak suka saya nonton sepakbola setiap malam, " tambah Sabung.

"Iya terus Bang Sabung malas kerja. Siangnya cuma mendengkur," teriak Dai dari balik jendela rumahnya.

"Bang, kok melamun? Bagaimana hakikat sepakbola itu aku jelaskan pada istriku?" rengek Sabung meminta pencerahan.

"Jelaskan saja bahwa sepakbola adalah teater kehidupan," sahutku memulai menjelaskan.

Sepakbola menggambarkan kehidupan manusia seutuhnya. Ada peraturan, namun ada yang mau melanggar. Yang melanggar dihukum. Pertandingan 2 X 45 menit menggambarkan hidup manusia yang dibatasi waktu oleh Tuhan. Maka semua pemain harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Siapa tidak memanfaatkan waktu dia akan menyesal. Gol adalah tujuan pemain. Sama dengan kehidupan manusia memiliki tujuan. Disebut tujuan karena ada syarat agar ‘gol' bisa disebut ‘gol'.

Sebelas pemain melawan sebelas pemain adalah lambang persaingan hidup manusia. Dari sebelas pemain kawan juga ada intrik dan perlu penyesuaian. Sebelas pemain ini gambaran keluarga atau negara. Terdapat bermacam karakter, sikap, sifat, kemauan, kecerdasan, ketrampilan dan pengalaman. Semuanya harus melakukan penyesuaian agar satu tujuan ‘menciptakan gol'.

Lalu apakah selamanya ‘tujuan atau goal atau gol' tercapai? Dalam sepakbola ada yang disebut ‘goalless' alias ‘tanpa goal'. Semua pemain akan paham bahwa ‘pertandingan' atau ‘kehidupan' selama 90 menit itu tak selamanya menghasilkan ‘goal'. Namun yang penting adalah usaha dan upaya yang telah dicurahkan selama ‘hidup' itu.

Pelanggaran terhadap aturan juga dibuat menurut derajat kesalahannya. Jika kesalahan dibuat di tempat dekat dengan ‘goal atau tujuan' maka hukumannya adalah ‘hukuman mati' atau ‘penalti'. Hukuman "penalti mati" tidak selamanya mematikan. Terkadang penjaga gawang menggagalkan algojo. Sama dengan ‘hukuman mati untuk narkoba' juga bisa lolos misalnya karena grasi. Di sini penjaga gawang sama dengan presiden.

Penegak peraturan selain peraturan pertandingan ada namanya wasit. Wasit adalah pengadil. Hakim yang memutus jika ada pelanggaran. Hakim pun dibantu oleh penjaga garis yang membantu menjalankan aturan. Dan, terkadang seperti dalam kehidupan para hakim juga bisa tidak berlaku adil. Bahkan menerima suap dan akhirnya bertindak berat sebelah. Akibatnya, pertandingan tidak berlangsung enak untuk ditonton.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline