Lihat ke Halaman Asli

Ninda Dawilatul Aliyah

Mahasiswa Universitas Siliwangi

Ketika K-Pop Mulai Tak Lagi Gemilang dan T-Pop Mengambil Alih dengan Mulai Bersinar Terang

Diperbarui: 18 Mei 2025   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Lebih dari satu dekade lamanya, musik industri dunia dan Asia, apalagi di Asia Tenggara termasuk Indonesia, didominasi oleh pop Korea atau sering dikenal sebagai K-Pop yang menjadi ikon global melalui boy group dan girl group Korea Selatan. Pengaruh K-Pop ini tak hanya sebatas pada musik, tetapi juga menyebar pada ranah fashion, kosmetik, gaya hidup, bahkan diplomasi budaya.

Meskipun begitu, ternyata pada beberapa tahun terakhir, musik K-Pop mulai menunjukkan tanda-tanda peredupan. Di sisi lain, musik pop Thailand atau dikenal sebagai T-Pop secara perlahan mulai menarik perhatian penggemar, terutama di Kawasan Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran selera musik dari K-Pop ke T-Pop yang seolah mengambil alih penggemar di kalangan generasi muda.

K-Pop Alami Penurunan

Circle Chart menunjukkan laporan bahwa penjualan album fisik K-Pop pada tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 19% dibandingkan pada tahun sebelumnya dari 115,7 juta menjadi 93,3 juta. Berdasarkan laporan tersebut, penurunan penjualan album fisik K-Pop ini merupakan penurunan pertama dalam sejarah sejak Sembilan tahun terakhir.

Tidak hadirnya grup-grup besar yang banyak menarik penggemar di Asia Tenggara seperti BTS dan BLACKPINK karena tengah menjalani wajib militer dan aktivitas individual merupakan salah satu faktor penting yang disebut-sebutkan menjadi alasan penurunan tersebut. Selain itu, para penggemar mulai mengeluhkan orientasi industri K-Pop yang dianggap terlalu mementingkan kuantitas dan komersial, daripada kualitas musikalitas dan hubungan dengan penggemar. Selain itu, sebagian penggemar di Asia Tenggara juga mengeluhkan bahwa kebanyakan dari grup K-Pop tersebut lebih condong terhadap penggemar di kawasan Eropa.

T-Pop Mengambil Alih Kekosongan

Di tengah menurunnya penggemar musik K-Pop, T-Pop justru menemukan momentumnya pada beberapa tahun ini. Grup-grup seperti ATLAS, BUS, LYKN, hingga JASP.ER berhasil mencuri perhatian publik dengan gaya musik yang fresh, koreografi yang energik, serta pesan lagu yang lebih dekat dengan realitas sosial.

Berbeda dengan K-Pop yang kini cenderung mengarah ke pasar global seperti yang telah dibahas di awal, dengan lirik berbahasa Inggris yang membuat mereka tak ada bedanya dengan Pop Barat, T-Pop tetapi menonjolkan identitas lokal dengan bahasa dan nuansa budaya Thailand yang masih kental. Hal ini justru menjadi daya tarik dan kekuatan tersendiri bagi penggemar di Asia Tenggara yang merasa lebih dihargai dan tak lupa dengan budaya sendiri.

Dampak Sosial Budaya

Adanya pergeseran dari K-Pop ke T-Pop ini juga turut mengubah bagaimana cara penggemar mengonsumsi dan memakani musik pop Asia. Bukan hanya soal selera, tetapi juga merupakan refleksi dari semangat untuk mencari representasi budaya yang lebih dekat dengan sekitar dan napak tanah dengan membumi.

Di media sosial, terutama di X (yang dulunya dikenal sebagai Twitter), pergeseran penggemar sangat terasa lebih nyata. Banyaknya tagar-tagar yang mewakili tiap-tiap grup T-Pop yang sempat trending, menandai adanya peralihan minat yang cukup masif dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline