Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Belajar Sepanjang Hayat

Mengurai Rasa Lewat Senandika

Diperbarui: 14 September 2021   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

contoh senandika.Dok.Pri

Berkenalan dengan senandika

Berdasarkan KBBI   senandika/se*nan*di*ka/ adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar.

Wikipedia menyatakan senandika atau solilokui merupakan wacana seorang tokoh dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalamdari tokoh agar pembaca atau pendengar mendapatkan informasi. 

Senandika adalah jenis monolog berbentuk pidato yang diarahkan untuk diri sendiri

Senandika adalah proses untuk melepaskan kerumitan rasa yang dialami oleh penulis. Senandika biasanya meruakan curahan hati dari penulisnya seperti: rasa rindu, jatuh cinta, sedih, galau, bimbang dan marah kepada sosok kau.

Senandika tidak mempunyai aturan dalam penulisannya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari yang mudah dicerna. Penggunaan kata aku, hamba, daku, saya, kau, kamu, dikau, Anda lebih dominan dalam senandika.

Bagaimana cara menulis senandika?

Untuk menulis senandika sangatlah mudah karena senandika tidak menggunakan aturan tertentu, tidak menggunakan rima dan aturan lainnya. Bahasa yang digunakan mengalir sesuai dengan suasana hati penulis.

Senandika bisa juga disebut prosa naratif karena bercerita tentang perasaan si penulis. Ada tokoh, konflik dan alur yang disampaikan dalam senandika. Perbedaannya hanya dilihat dari panjang tulisan. Prosa naratif bisa memuat kisah yang cukup panjang dan membutuhkan halaman yang banyak. Senandika terbatas jumlah kata dan jumlah halamannya.

Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat kita menulis senandika.

Tulislah sesuai kondisi hati.

 Kondisi hati sang penulis menjadi faktor utama dalam menulis senandika. Perasaan penulis sangatlah penting agar pesan dan informasi yang ingin disampaikan kepada pembaca dapat tersampaikan.

Jika penulis ingin membagikan rasa duka, maka rasa duka itu dapat dirasakan oleh pembaca.

Gunakan diksi secara seimbang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline