Lihat ke Halaman Asli

Nikmah Mentari

Pendidik dan Konsultan

Gaung (Buruh) Pendidik di Hari Pendidikan

Diperbarui: 2 Mei 2023   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masih dalam suasana Syawal di momen Idul Fitri. Ketika cuti lebaran yang berawal pada 19-25 April, lalu kebijakan masing-masing institusi untuk diperpanjang hingga awal Mei 2023. Hingga bertepatan kini 2 Mei 2023 sebagai Hari Pendidikan Nasional. Euforia bersalam-salaman dan melapangkan hati, menjernihkan pikiran masih sangat kental, bagi yang saat ini baru saja mengawali masuk kerja. Momennya sangat tepat,  hanya berselisih satu hari dengan 1 Mei 2023 ketika hari Buruh (May Day) telah terlewati.  Menjadi menarik bagi para pendidik mengawali bulan Mei ini ialah suasana kebatinan untuk kembali fitri, di hari buruh dan hari pendidikan nasional menjadi satu paket. 

Saya tidak perlu mengulas terlalu dalam mengenai makna idul fitri, karena toh bagi umat muslim momen sakral ini sudah mendarah daging. Bukan sekedar bagian dari ritual keagamaan (sholat ied dan refleksi usai sebulan penuh puasa), namun tradisi yang memeriahkan dan menjadi suatu budaya tersendiri dengan segala perniknya dimulai dari THR, mudik, ketupat, cuti bersama, riyayan (silaturahmi), dll. 

Bicara tentang THR tak lepas pula dari momen selaku buruh. Karena para pendidik, tak terkecuali Dosen menerima THR dari masing-masing institusinya mengabdi, maka tak heran jika pendidikpun sejatinya termasuk buruh jika merujuk pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh juncto Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Gaung menegaskan kembali posisi pendidik  dan seruan membentuk serikat Dosen pada May Day kemarin, sangatlah menarik.   

Pendidikan merupakan pilar utama pembangunan dan berkembangnya peradaban bagi suatu bangsa. Kualitas pendidikan juga diukur dari kualitas para pendidik dan sistem pendidikan yang jalan. Bukan berarti para pendidik di dalam negeri ini tidak berkuallitas, namun, karena beban administratif dan birokrasi acapkali menjadikan pendidik kurang berfokus meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini karena kecenderungan untuk mengejar pemenuhan syarat-syarat administratif semata. 

Mengutip opini Sulistyowati Iriantohttps://www.kompas.id/baca/opini/2023/04/12/buruh-dosen   bahwa pada akhirnya, menjadikan dosen sebagai manusia birokrasi tak ubahnya menempatkan dosen sebagai buruh. Padahal, perjuangan untuk menjadi pendidik , bekerja dalam profesi yang diagungkan secara mulia, tidaklah mudah. Pendidik juga harus melewati proses belajar yang panjang dan ujian untuk bisa menempatkan dirinya sebagai seorang pendidik. Belum lagi masalah kesejahteraan, dimana banyak pendidik yang masih minim penghasilan. Sehingga tak heran, jangankan untuk memperkaya khasanah pengetahuan melalui riset dan pengembangan diri , Pendidik disibukkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. 

Menafakuri hari pendidikan nasional kali ini,  semoga para Pendidik tidak kehilangan semangat nasionalisme untuk terus mendidik dan mengabdi dalam rangka memajukan peradaban serta pembangunan dalam negeri seperti ruh yang dibawa oleh Ki Hadjar Dewantara selaku bapak Pendidikan Nasional. Karena pendidikan ini bertumpu pada para Pendidik. Memang berat, namun, ada anak-anak generasi penerus bangsa yang memiliki mimpi dan harapan besar pada pundak para bapak/ibu pendidik. 

Salam Pendidikan, 

dari pendidik, untuk rekan pendidik 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline