Lihat ke Halaman Asli

Windu Astutik

Psychiatric Nurse

Mari Bersama-sama Cegah Bunuh Diri

Diperbarui: 10 Oktober 2019   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan jiwa adalah kondisi seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga bisa menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

 Sehingga bisa disebutkan bahwa tiada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Jadi, jangan pernah meremehkan kesehatan jiwa, seringan apapun harus mendapat perhatian sebelum mengarah menjadi gangguan jiwa. 

Banyak kasus kesehatan jiwa yang sekarang perlu perhatian khusus seperti kecemasan (anxiety), depresi, psikosis bahkan sampai bunuh diri.

Saat ini, kasus bunuh diri sangat santer disemua kalangan, tidak hanya orang dewasa, remaja bahkan anak-anak rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri. 

Bunuh diri sebagai penyebab kematian nomor dua pada usia 15 sampai 29 tahun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada satu juta jiwa melakukan upaya bunuh diri setiap tahun, dengan estimasi setiap satu detik ada satu orang bunuh diri. 

Di Indonesia sendiri, lebih dari seperempat penduduk (27%) pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri dan lebih dari sepertiga orang Indonesia (36%) pernah melukai diri sendiri.

Fenomena tersebut menegaskan bahwa siapa saja bisa mengalami masalah kesehatan jiwa bahkan melakukan bunuh diri yang erat kaitannya dengan faktor risiko. So, siapa saja yang berisiko melakukan bunuh diri? 

Sebuah penelitian menyebutkan sekitar 46% orang yang melakukan bunuh diri berada pada kondisi gangguan kesehatan mental, yang popular adalah depresi. 

Beberapa hal yang mungkin bisa menyebabkan upaya bunuh diri, yaitu keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri, penggunaan alcohol dan zat adiktif lain, menderita penyakit kronik, riwayat traumatic dan korban pelecehan/kekerasan, berada pada kondisi penuh stress yang lama dan riwayat percobaan bunuh diri yang berulang. 

Gender/ jenis kelamin juga memiliki konstribusi yang tinggi  untuk melakukan bunuh diri, disebutkan bahwa perempuan lebih sering melow daripada laki-laki, tapi kalau bunuh diri laki-laki berisiko 4x lebih sering daripada perempuan.

Melihat begitu seriusnya masalah kesehatan jiwa, harusnya mendapat perhatian yang lebih dari semua kalangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline