Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Tetangga, "Saudara" Terdekat Kita

Diperbarui: 25 Oktober 2020   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi, sebelum Covid-19


Sabtu (24/10/2020) sore hingga malam hujan turun dengan deras. Bunyi petir saling bersahutan. Bergemuruh seperti geraman hewan yang marah. Angin bertiup kencang setidaknya terdengar dari rintik hujan yang mengetuk-ngetuk jendela.

Seperti biasa, saya mengisi aktifitas saya melalui handphone. Hanya dalam satu genggaman handphone saya. Di kamar sambil bersandar di dinding. Ditemani dua anak saya yang juga asyik dengan hp masing-masing.

Saya menonton acara televisi, menonton Youtube, membaca berita, mengetik laporan, membalas chat, nimbrung di group, mengintip Facebook. Tak lupa membaca tulisan-tulisan teman-teman di Kompasiana. Memberikan komentar, membalas komentar, memberikan nilai.

"Bu, di rumah hujan nggak?" tanya tetangga saya yang rumahnya persis depan rumah saya, melalui pesan WhatsApp. Rumah kami hanya terpisah jalanan yang lebarnya sekitar 5 meter.

Dari pertanyaannya itu berarti tetangga saya ini pasti sedang tidak ada di rumah. Kalau di rumah tidak mungkin juga kan dia mengajukan pertanyaan seperti itu.

"Sudah mulai mereda, tapi masih gludug-gludug," balas saya.

"Saya lagi takziyah ke Cianjur. Rachel di rumah sendirian dari tadi saya telepon nggak diangkat, kayaknya tidur dari siang," katanya, dari nadanya saya membaca ada keresahan.

Waktu menunjukkan pukul 19.30. Kalau tidur dari siang, berapa lama anak itu tidur? Masa iya tidak bangun-bangun? Jangan-jangan kenapa-kenapa, batin saya.

"Biar Najmu yang menemani," kata saya, lalu saya meminta anak kedua saya untuk menemani sahabatnya itu.

"Kak, coba kakak temeni Rachel, dia sendirian di rumah, mamanya lagi di luar kota. Kak Fina lagi di rumah temannya, kebanjiran," kata saya.

Anak saya pun bangkit, lalu memakai masker. Setelah meminta ijin pamit ke saya, dia pun berlalu. Dari kamar saya mendengar suara anak saya memanggil-manggil nama sahabatnya itu. Sepertinya suami saya ikut membantu memanggil nama anak tetangga saya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline